"Maaf, saya harus pergi. Assalamualaikum."
Sejurus kemudian ia bangkit. Berjalan cepat keluar masjid. Sekuat tenaga menyembunyikan perasaannya. Ya Allah, ini terlalu menyakitkan. Rumah tangganya bukanlah rumah tangga yang bahagia. Rossie tak henti melukainya. Selalu menempatkan Calvin di posisi yang salah. Ini sungguh menyakitkan.
Meski demikian, Calvin sangat mencintai Rossie. Cinta dan rindunya jauh lebih besar dibanding sakit hatinya. Cinta, satu-satunya hal yang membuat Calvin bertahan dengan Rossie.
Calvin memutuskan kembali ke rumah. Amat berharap Rossie sudah pulang. Berharap pula Patricia baik-baik saja. Akan tetapi, harapan tak sesuai kenyataan. Bukan Rossie yang ia temukan setiba di rumah. Melainkan cobaan baru.
Plang besar bertuliskan "Calv-Rose DayCare" telah diturunkan. Sebagai gantinya, tergantung plang besar bertuliskan:
"Cina dan Bule Muslim adalah penyiksa anak-anak. Jangan titipkan anak kalian di sini."
Calvin terperangah membacanya. Itu adalah makian. Sangat kasar, sangat rasis. Siapa yang begitu tega memaki dengan cara begitu? Cobaan apa lagi ini? Satu masalah belum selesai, muncul masalah baru. Sampai kapankah Calvin mampu kuat menjalaninya?
** Â Â Â
Adica menepuk pelan punggung Calvin. Berusaha membesarkan hatinya. Dalam kondisi begini, mana mungkin ia tinggalkan kakaknya sendirian?
"Sebaiknya tutup saja," Adica pelan-pelan mengusulkan.
"Tidak. Aku tidak akan menutupnya. Ini permintaan Rossie. Mana bisa aku mengecewakannya?" tolak Calvin.