Beberapa jamaah yang belum pulang diam-diam memperhatikan Calvin. Kekaguman terpancar di mata mereka. Jarang sekali ada pria muda, tipe pria metropolis pula, yang menyempatkan diri shalat Subuh berjamaah di masjid. Biasanya mereka lebih suka shalat munfarid di rumah saja, atau bahkan tidak shalat sama sekali. Calvin berbeda dari pria-pria seusianya. Pribadi yang religius, rajin beribadah, dan selalu mengingat Tuhannya.
Satu-dua pria paruh baya berbisik. Memuji kesalehan Calvin. Salah satunya berbisik,
"Aku jadi penasaran...apakah dia sudah beristri? Kalau belum, bisa kujodohkan dengan putriku."
Tipe pria macam Calvin Wan memang layak jadi menantu idaman.
Selesai berzikir dan berdoa, langsung saja Calvin didekati para jamaah. Mereka mengajaknya ngobrol. Calvin melayani obrolan mereka dengan ramah dan sopan. Makin kagum pria-pria tua itu saat mengetahui sepotong demi sepotong informasi tentang Calvin.
"Masya Allah...kamu pria istimewa, Anak Muda. Oh ya, apa kamu sudah beristri?" tanya salah seorang jamaah dengan berani.
Ditanya begitu, Calvin tak bisa menahan senyum. Sebelum atau sesudah menikah pun, Calvin masih punya daya pikat yang sangat kuat.
"Alhamdulillah sudah." jawab Calvin.
Sepintas terlihat gurat kekecewaan di wajah si penanya. Calvin dapat melihatnya, walau hanya sekilas. Temannya menyikut rusuknya, seakan memberi kode.
"Wah, pasti istrimu bahagia sekali ya punya suami seperti kamu."
Tenggorokan Calvin tercekat. Dadanya sakit. Entah Rossie bahagia atau tidak bersamanya.