Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[Special] Mata Pengganti, Pembuka Hati: Saya Cinta Kamu Karena Allah

21 Januari 2018   06:04 Diperbarui: 21 Januari 2018   08:28 795
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ini semua karena Calvin. Pria kelahiran 9 Desember itu membuka jalan perdamaian antara Silvi dan Yogi. Kelembutannya, kesabarannya, cinta kasihnya, semuanya begitu menyentuh. Silvi beruntung memiliki Calvin.

"Sarah beruntung...andai saja ada pria seperti itu yang menyatakan kecintaan karena Allah padaku." desah Silvi.

"Ada, Silvi." Calvin berujar lembut.

Sejurus kemudian ia memegang lembut dagu Silvi. Menghadapkan wajah mantan duta wisata itu ke wajahnya, menatap matanya dalam-dalam, lalu berucap setulus hati.

"Saya cinta kamu karena Allah."

Getaran hebat meguasai hati Silvi. Ya Allah, sungguh ia tak sanggup berkata apa-apa. Mengapa Calvin mengatakan hal itu padanya?

"Calvin, aku..."

"Memangnya kamu mau, dicintai pria mandul penderita kanker?" Calvin menyela halus.

"Ah, itu bukan alasan untuk menolak. Cinta dari pria infertil dan surviver kanker justru cinta yang sangat istimewa."

Calvin Wan nyaris sempurna. Andai saja ia tidak menderita kanker dan divonis mandul. Semuanya akan lebih mudah.

Kedua tangan Calvin dan Silvi bertumpu di atas grand piano. Tak sengaja tangan mereka saling bersentuhan. Getaran halus merayapi tangan Silvi. Tangan Calvin sedikit gemetar. Getaran apakah itu? Apakah getaran cinta?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun