Mulailah mereka mengusulkan beberapa tempat lain. Yogyakarta, Jakarta, Bali, dan Palembang menjadi kandidat terkuat. Agak sulit menentukan kota dimana seluruh keluarga besar dapat berkumpul bersama di waktu yang sama. Entahlah, menentukan lokasi pernikahan dengan adanya keluarga besar yang sulit dikumpulkan membuat segalanya lebih rumit.
Sementara itu, Silvi tak ikut ambil bagian dalam diskusi. Ia terjebak di tengah. Calvin di sisinya, menggenggam tangannya erat. Mata biru Silvi bertemu pandang dengan mata sipit Calvin.
"Calvin?"
"Yya?"
"Dimana pun pernikahannya, kamu tetap datang kan? Kamulah orang yang kuinginkan saat pesta pernikahan itu. Dan undangan ini pun terbatas."
Nada suara Silvi begitu lembut. Bahkan terdengar agak manja. Calvin mengusap rambut gadis Jawa-Belanda itu.
"Insya Allah. Suatu kehormatan untukku..."
"Oh. Thanks Calvin."
** Â Â Â
Empat sosok tampan dan cantik itu duduk santai di bangku taman. Diplomasi bangku taman, begitulah istilah Calvin. Bila kebanyakan orang lain menggunakan diplomasi meja makan, Calvin sedikit berbeda.
Sarah-Yogi dan Calvin-Silvi duduk bersama. Mulai saling bicara dari hati ke hati. Atmosfer di sekeliling taman begitu hangat dan ceria. Pas sekali untuk bicara dari hati ke hati.