Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[Special] Mata Pengganti, Pembuka Hati: Saya Cinta Kamu Karena Allah

21 Januari 2018   06:04 Diperbarui: 21 Januari 2018   08:28 795
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di satu sisi, mata Silvi tak berkedip. Menikmati ketampanan Calvin dari jarak sedekat ini sungguh anugerah. Blessing in disguise, bisik hati kecilnya.

"Calvin, why are you so...?"

"Stop! Apa yang kalian lakukan?"

Seruan Sarah dan Yogi membuyarkan saat-saat indah mereka. Refleks Calvin dan Silvi saling melepaskan diri.

"Silvi...Silvi Sayang, mengapa harus Calvin? Tidak boleh, Sayang." Sarah berkata lembut.

"Kalau hatiku yang menginginkan Calvin, aku bisa apa? Tenang saja...hanya French kiss, tidak sampai one night stand." Silvi berkelit tajam dan cantik, berhasil menghantam hati Sarah dengan keterkejutan.

Yogi memandang Calvin penuh arti. Antara kaget dan penasaran. Calvin balas menatapnya dengan sikap berwibawa. Aura Calvin inilah yang membuat Yogi segan melontarkan pertanyaan yang tertahan di benaknya.

"Inilah yang saya harapkan, Yogi." ujar Calvin tetiba, lalu berjalan menghampiri Yogi.

"Maksudmu?" tanya Yogi dengan logat Melayu-Palembangnya yang kental.

"Saya menarik perhatianmu. Karena ada sesuatu yang harus saya bicarakan. So, berhentilah berpura-pura tak peduli."

Seolah Calvin memiliki mata hati. Seolah Calvin diberkahi indigo atau kemampuan indera keenam. Ia tahu ada sikap pura-pura tak peduli dalam diri calon kakak ipar Silvi itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun