"Calisa Karima, will you marry me?"
Masih kuingat jelas bagaimana dia berlutut dan melamarku. Sebentuk cincin emas bertatahkan berlian disematkan di jariku. Aku bahagia, sangat bahagia. Blogger, pengusaha, mantan model, dan mantan duta budaya itu melamarku. Rasanya aku jadi wanita paling bahagia sedunia.
Namun, rupanya Allah tak mengizinkan diriku bersama dirinya. Dua minggu sebelum pernikahan, tetiba saja Calvin mengakhiri semuanya. Ia batal menikahiku dengan alasan yang sangat tidak masuk akal: vonis infertilitas. Aku tahu, Calvin-ku itu surviver kanker. Orang dengan kondisi seperti dia akan sangat sulit memiliki keturunan.
Tak kukira Calvin batal menikahiku hanya karena itu. Padahal aku sama sekali tidak keberatan. Sayangnya, Calvin berkeras membatalkan semuanya.
Sedih? Tentu saja. Patah hati? Sudah pasti. Malu? Malunya berkali-kali lipat. Undangan sudah disebar. Gaun pengantin hasil karya desainer ternama sudah selesai dibuat. Gedung, dekorasi, vendor katering, semuanya...semuanya telah dipersiapkan. Mengapa Calvin harus membatalkannya?
Hatiku sungguh sakit. Calvin yang kukenal tampan, lembut, dan saleh ternyata tega melukai hati wanita. Jika begini, lebih baik aku tutup hati untuk selamanya. Tidak akan menikah dengan pria mana pun. Single seumur hidup. Tak mengapa, dari pada harus disakiti makhluk Tuhan bernama lelaki.
** Â Â Â Â
-Semesta Julia-
Namaku Julia Siska Pratiwi. Aku terlahir di tengah keluarga berdarah campuran Sunda-Jawa-Belanda. Sejak kecil, aku tertarik di dunia modeling dan broadcasting. Tak heran bila aku telah menapaki dua bidang itu sejak lama. Kelas 5 SD, aku sudah jadi penyiar radio. Kelas 6 SD, kali pertama aku fashion show. Duniaku indah, sangat indah.
Sedari kecil aku sudah tahu apa namanya fans. Sebab aku memilikinya. Di antara anak-anak lain sebayaku, aku adalah sosok inspiratif di mata mereka. Mereka mengagumiku, ingin berteman denganku, dan termotivasi olehku.
Salah satu fans dan pendengar radio akhirnya jadi sahabatku. Namanya Calvin. Calvin Wan, namanya bagus menurutku. Sungguh anak lelaki yang sangat tampan. Berkulit putih, bermata sipit, memiliki wajah oriental yang menawan, dan postur tubuhnya tinggi, tegap proporsional untuk ukuran anak seusiaku waktu itu. Ia paling tinggi di antara teman-temanku yang lain.