Rossie menatap Calvin tajam. Mencurigai adanya maksud lain dalam sorot mata dan ucapan lembutnya.
"Kamu memang sakit atau pura-pura saja? Hari ini, kamu tetap produktif menulis artikel. Tulisanmu tentang perubahan algoritme newsfeed di Facebook itu..."
"Aku menulis untuk melawan rasa sakit, Rossie." sela Calvin sabar.
Rossie mengangkat alisnya. Membelalakkan mata, lalu melepas kasar pelukan Calvin.
"Memangnya aku percaya? Tidak! Pasti kamu hanya pura-pura sakit! Awas kamu, kuadukan pada Adica!"
Diperlakukan begitu kasar, Calvin tetap tersenyum. Tenang, sabar, lembut. Sama sekali tidak marah. Rossie tak tahu jika suami super tampannya benar-benar sakit.
"Rossie, kamu sudah shalat?" Calvin bertanya sehalus mungkin, satu tangannya membelai lembut rambut panjang wanita kelahiran 3 Juli itu.
"Buat apa mengingatkanku shalat? Tentu aku selalu melakukannya tepat waktu! Memangnya aku ini Muslim yang setengah-setengah?" balas Rossie ketus.
Kontras sekali. Ketika Reinhard yang mengingatkannya untuk shalat, Rossie menjawabnya dengan cara positif. Sedangkan saat suaminya sendiri yang mengingatkan, justru dibalas dengan dingin olehnya.
"Tunggu aku di sini. Aku ingin bicara denganmu." Rossie berkata tegas.
"Iya, Rossie. Aku menunggumu." Calvin mengenyakkan tubuh di sofa, mengawasi sosok cantik dan semampai wanitanya menghilang di kaki tangga.