"Sampai kapan kamu di sini?"
"Sampai tahun depan."
Kedua mata Clara membulat tak percaya. "What? Serius?"
"Serius kok. Aku ke sini buat penelitian sambil luangkan waktu lebih banyak buat Mama. Kasihan Mama di sini sendirian."
"Yes yes yes! Panjang umur! Kebetulan aku baru mau bilang sama kamu! Aku mau undang kamu ke pernikahan Sarah. Nanti kamu datang ya?"
Sejak kecil, Clara dan Raissa bersahabat dekat. Pertama kali mereka berkenalan sewaktu di sekolah internasional. Saat itu, Raissa belum lancar berbahasa Indonesia. Murid-murid di sekolah internasional cukup beragam. Ada yang orang asli Indonesia, keturunan Tionghoa, Arab, India, Turki, Filipina, Maroko, Mesir, dan Indo-Eropa. Raissa satu kelas dengan Clara. Awalnya ia kebingungan dari mana asal teman baiknya itu. Ia yang tak fasih Bahasa Indonesia, juga tak paham orang Indonesia dan orang Indonesia berdarah campuran, malah mengira Clara keturunan China. Maka ia memanggil Clara dengan sebutan Chinese. Kini, setelah tahu siapa Clara, panggilan masa kecil itu pun tetap ia gunakan. Anggap saja sebagai panggilan sayang. Sekalipun Clara sudah melakukan sesuatu pada wajah dan kulitnya.
"Oh...jadi, kamu dan Silvi boleh undang dua-tiga orang yang paling spesial buat kalian? Trus, satunya lagi siapa dong?" tanya Raissa ingin tahu.
"Hmm....honestly, aku ingin mengundang Calvin."
Raissa terdiam. Sempurna terdiam. Ditatapnya mata Clara dalam-dalam. Ia tahu persis, sahabatnya itu benar-benar sedang jatuh cinta.
** Â Â Â
Oh Tuhan