Sebentar lagi Clara tak bisa lagi menikmati lezatnya masakan Sarah. Kurang lebih tujuh bulan ke depan, Sarah akan menikah. Ia dilamar seorang enginer berdarah campuran Jawa-Melayu-India. Sarah beruntung. Bisa menikahi pria berdarah keturunan non-pri. Gen anak-anaknya kelak akan bagus. Memang lebih mudah untuk mencintai orang yang mirip satu sama lain.
Ironis. Sarah akan menikah, Clara malah putus dengan Adica. Silvi dan Calvin masih tak jelas status perasaannya. Calvin pun alasan utama Clara walk out dari Adica. Sang kakak tengah menyemai bunga-bunga cinta, kedua adiknya malah patah hati. Keadaan terbalik. Betul-betul terbalik.
Pintu kantornya diketuk. Kotak bekalnya baru tersentuh setengahnya. Clara beranjak membukakan pintu. Intan berdiri di ambangnya, lalu memeluk Clara. Mencium pipinya, lalu mencubit pipi chubby wanita Aries itu.
"Hei...mau datang kok nggak bilang dulu sih?" Clara menyapa ramah, mempersilakan sepupunya masuk.
Sang sepupu, yang telah menikah di akhir tahun lalu, melangkah masuk. Duduk di kursi besar di depan meja kerja, lalu mulai bicara.
"Aku sengaja ke sini. Mau bilang terima kasih karena kamu mau bantu pernikahanku kemarin."
Wajah Clara tetap datar. Intan tersenyum, namun Clara tak membalasnya. Ia menarik kembali senyumnya. Clara memang sulit ditebak.
"Aku tidak butuh terima kasih," kata Clara setelah terdiam sejenak.
"Ya sudahlah. Yang penting aku sudah bilang. Tanpa bantuanmu, aku akan kesulitan menutupi biaya pernikahanku..."
"Harusnya kamu berterima kasih pada Silvi." sela Clara.
Kerutan kecil muncul di keningnya. Intan memandang Clara tak mengerti.