Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Special] Mata Pengganti, Pembuka Hati: Darah dari Luka Itu

10 Januari 2018   06:04 Diperbarui: 10 Januari 2018   08:10 932
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Meski telah disakiti, Calvin tetap lembut. Tetap sabar. Mengapa Calvin begitu baik dan sabar padanya? Mengapa Calvin tahan menghadapinya? Pertanyaan itulah yang dilemparkan Silvi selanjutnya.

"Mungkin karena jodoh...mungkin petunjuk bahwa kita berjodohlah yang menggerakkan hatiku untuk bertahan denganmu." jawab Calvin, jujur dan apa adanya.

Jodoh? Mau tak mau, Silvi mengakuinya. Calvin untuk Silvi. Itulah sebabnya ia begitu sabar menghadapi Silvi di tengah kebingungan yang mendera. Mengapa Calvin tak meneruskan saja niat menceraikannya lalu menikahi wanita lain? Calvin sangat tampan, sangat kaya. Mudah baginya mendapatkan wanita lain yang jauh lebih sempurna. Mengapa Silvi yang dipilih Calvin?

"Jodoh," ulang Silvi.

"Ini pasti ada kaitannya dengan pilihan. Sepertinya kamu salah pilih. Memilih bersamaku...sama sekali tak ada keuntungannya buatmu. Aku hanya bisa membuatmu lelah, sakit hati, dan terluka. Mengapa tidak kaunikahi...ehm, siapa itu? Teman lamamu? Janda cantik kaya-raya pemilik lembbaga bimbingan belajar itu?"

"Fatima," Calvin menyela perlahan.

"Nah, iya. Mengapa kamu tidak menikahi Fatima saja? Kalian bisa jadi pasangan serasi. Kamu tampan, Fatima cantik. Kamu charming dan baik, Fatima juga baik. Perhatian lagi. Tinggal kaudekati saja Fatima. Kaubuat anak-anaknya dekat denganmu. Finally, kalian menikah, hidup bahagia, dan kaya-raya. Lalu kamu akan jadi ayah tiri yang sangat baik untuk anak-anaknya Fatima. Jadi suami saleh dan sempurna buat istri sempurna. Bukankah menikah denganku tak ada bahagianya sama sekali?"

Entah Silvi bercanda atau tidak. Yang jelas, ia punya daya imajinasi tinggi. Bagaimana mungkin Silvi membayangkan Calvin Wan bersatu dengan Fatima Az-Zahra sedetail itu? Mungkin lantaran Silvi seorang novelis dan model. Ia terbiasa bekerja di dunia entertainment, dunia yang menuntut kreativitas dan sedikit daya imajinasi.

"Silvi Sayang...ini pilihanku. Pilihanku adalah kamu. Hatiku memilihmu." ujar Calvin sabar.

Pilihan, lagi-lagi soal pilihan. Wajah cantik Silvi mulai dibayangi gurat keraguan sekaligus kesedihan. Perasaannya sulit terlukiskan. Mengapa harus memilih dirinya? Tanda tanya itu terus saja berkejaran di benaknya. Dirinya tidak berguna. Tidak bisa membuat Calvin bahagia. Silvi tidak sebaik Sarah, tidak sepintar Clara, tidak setangguh Fatima, tidak selihai sepupu-sepupunya dalam menyenangkan hati pasangan mereka, tidak sereligius Ice Prince-nya a.k.a Raden Anton Nicholas Surya van Dijk, dan tidak seberuntung kebanyakan sepupunya dalam hal love and relationship. Apa yang istimewa darinya? Mungkin satu-satunya yang istimewa adalah, Silvi berbeda dari mereka. Silvi memilih dan menentukan jalan hidup yang berbeda dari mereka. Silvi menjadi penulis buku, menjadi model, menjadi therapyst dan akademisi sebagai profesi utamanya. Di saat beberapa sepupunya masih kesulitan mencari uang sendiri, Silvi sudah mendapatkan uang dan nama dari buku-buku yang ditulisnya serta beberapa project pemotretan yang diikutinya. Bila sejumlah sepupunya untuk menikah saja harus berhutang, Silvi malah sudah bermain saham. Bahkan ia, Sarah, dan Clara ikut membantu membiayai pernikahan salah satu sepupu akhir tahun lalu. Padahal Silvi yang paling muda di antara mereka, sekaligus paling cantik. Silvilah yang tercantik dalam lingkaran keluarga besar. Di antara mereka, Silvi satu-satunya yang dominan memiliki gen campurannya. Paling kelihatan bedanya, dibanding yang lain. Allah Maha Adil. Ia ambil mata Silvi, namun Ia ukirkan wajah yang jelita, rezeki, dan mata hati sebagai penggantinya. Bila banyak saudaranya yang lain nampak seperti "pribumi", Silvi masih kelihatan "Non Pri"nya. Meski sebenarnya Silvi tidak suka dengan istilah ini. Tak sedikit orang-orang yang kenal baik dengannya menyebutnya "Charming". Lantas, apakah semua itu layak disebut keistimewaan? Apakah dengan semua itu, Silvi cukup layak dan istimewa untuk dipilih Calvin?

Janji Allah itu nyata. Bila Allah mengambil/melemahkan salah satu indera hingga membuatnya tak lengkap, maka Allah akan memberikan banyak karunia lainnya di dunia dan akhirat. Silvi sudah merasakan itu semua.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun