Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Special] Mata Pengganti, Pembuka Hati: Darah dari Luka Itu

10 Januari 2018   06:04 Diperbarui: 10 Januari 2018   08:10 932
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Untuk percaya atau tidak. Kalau kamu tidak percaya, apalah yang bisa kulakukan."

Kepasrahan dan keletihan tertangkap kuat dalam suara bass itu. Calvin lelah, lelah dan pasrah. Sudah jelas. Silvi tak mempercayainya. Calvin tak tahu harus bagaimana lagi. Hampir habis daya, upaya, dan kemampuannya untuk membuktikan cinta tulusnya pada Silvi. Ada cinta yang nyata, tepat di depan Silvi. Namun si wanita berdarah campuran tak sadar juga. Ironis. Terkadang cinta yang tulus dan nyata tak terlihat, cinta yang terlalu jauh dan tidak realistis justru diharapkan. Calvin tahu,, diam-diam Silvi masih sering mengharapkan si calon rohaniwan itu kembali. Calon rohaniwan berdarah Jawa-Jerman-Skotlandia yang terlanjur mengikat janji selibat.

"Maaf bila aku punya salah padamu, Silvi." Calvin berujar lembut, menatap mata biru istrinya.

Keduanya bertatapan. Sepasang mata sipit di depannya mencerminkan kesedihan dan keletihan. Ada luka di sana. Luka yang sulit sembuh. Pancaran luka hati yang berdarah-darah. Sesungguhnya Silvi tak tega. Ia tak pernah tega menyakiti dan melukai Calvin. Namun, hatinya sendiri pun terlanjur sakit. Caranya melindungi dirinya dengan menyakiti orang yang ia cintai.

"Beraninya kamu menggugat cerai! Lalu kautarik gugatanmu demi Syahrena! Baru sekarang kamu peduli soal anak! Tahu apa kamu soal anak?! Tanpa proses in vitro fertilization, kamu tetaplah pria infertil yang tidak pernah bisa punya anak! Teknologi yang membantumu!"

Sakit, sakit sekali. Silvi telah menyebut-nyebut kekurangan Calvin. Menyebut kelemahan Calvin yang tidak pernah diungkapkan pada siapa pun. Mendengar kelemahannya diungkit oleh orang yang dicintainya berkali lipat lebih sakit.

Kini Calvin kehilangan kata. Tak tahu apa lagi harus berkata apa. Lelah dan pasrah, hanya itu yang dirasakannya. Hatinya pedih luar biasa.

Calvin tertunduk. Darah segar mengalir dari hidungnya, menodai pakaiannya. Darah itu masih belum apa-apa dibandingkan darah yang mengalir dari luka hatinya. Luka yang tak kelihatan, darah yang tak kelihatan, justru jauh lebih menyakitkan.

Melihat darah, Silvi tak sekalipun gentar. Namun hatinya sedih. Sepertinya ia telah melukai Calvin begitu dalam. Calvin Wan tipe pria introvert. Introvert jauh lebih sensitif, jauh lebih rapuh. Lebih mudah tersakiti. Silvi sukses besar. Sukses melukai hati Calvin. Tusukan-tusukan kecilnya di permukaan hati Calvin menorehkan luka dalam. Hati Calvin berdarah. Dan itu karena Silvi.

"Innalillahi..." desis Silvi, bergerak mendekati suami super tampannya.

"Tidak usah, Silvi. Biar aku saja. Nanti tanganmu kotor. Wait..."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun