Kebahagiaan Silvi tak berlangsung lama. Hati wanita itu yang tercipta begitu halus dan perasa, mulai menangkap segenggam kekhawatiran. Ia perhatikan Calvin lekat-lekat. Ada apa dengan blogger super tampan itu? Beberapa kali ia terhenti untuk mengambil nafas. Calvin seperti kelelahan. Menyeka sisa noda darah di hidungnya, ia meneruskan membaca. Khawatir mulai menyergap hati Silvi. Selalu begini. Ia mengingat nasihat Calvin untuk tenang dan berpikir semuanya akan baik-baik saja.
Namun, sepertinya malam ini Calvin tidak baik-baik saja. Ujian datang lagi. Mengapa tiap kali membacakan buku untuk istri cantiknya, Calvin selalu saja merasakan sakit di ginjalnya? Sakit ini datang di saat tak tepat.
"Yeah, I'm not bad. Lagi-lagi Fahri menjawab dengan aksen Skotlandia."
Sampai di sini, semuanya seperti terhenti. Calvin batuk darah, lalu jatuh pingsan. Buku di tangannya terlepas dan mendarat mulus di halaman berumput.
Beruntung Silvi tak sendiri. Segera saja beberapa asisten rumah tangga dan satu orang supir keluarga membantunya mengangkat tubuh Calvin. Alphard meluncur cepat menembus dinginnya malam menuju rumah sakit. Membawa raga yang digerogoti ganasnya Hipernefroma, membawa dua hati yang terpagut rasa sakit dan cinta. Salah satu dari dua hati itu masih berdarah.
** Â Â Â Â
https://www.youtube.com/watch?v=kqcfgdFf7_4
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H