Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Mata Pengganti, Pembuka Hati, "Kata-kata Indah yang Kau Bacakan"

3 Januari 2018   06:02 Diperbarui: 3 Januari 2018   13:58 2047
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada sayang yang abadi

Walau kau masih memikirkannya

Aku masih berharap kau milikku (Isyana Sarasvati-Masih Berharap ost Ayat-Ayat Cinta 2).

**     

Sama seperti istrinya, Calvin pun resah dan gelisah. Konsentrasinya pecah. Namun, toh ia berhasil menyelesaikan artikelnya juga. Prediksi tentang situasi ekonomi, politik, olahraga, dan teknologi di tahun 2018. Artikel itu langsung dilabeli pilihan dan masuk nilai tertinggi. Itu hanya bonus. Tujuan utama Calvin menulis untuk melawan rasa sakit. Dirinya tak ingin terkalahkan oleh penyakit.

Sakit di ginjalnya tak lagi terasa. Selesai menulis dan memposting artikelnya, ia kembali teringat Silvi. Masihkah Silvi memikirkannya selama prosesi shooting? Apakah Silvi sudah melupakannya dan sibuk dengan teman-teman artisnya? Sebagian besar di antara mereka teman-teman Calvin juga. Meski belakangan ini Calvin vacum dari dunia modeling karena sakit, ia masih berhubungan baik dengan mereka. Sebaliknya dia makin aktif di dunia literasi.

Ada cinta yang sejati, ada sayang yang abadi. Abadi dan sejatikah cinta dan sayang Silvi untuknya? Tidakkah Silvi berhenti mencintainya sejak ia divonis mengidap kanker ginjal?

Ditatapnya cermin. Kanker ini begitu kejam. Membuat sebagian rambutnya berguguran, merampas kariernya di kantor, mengisap habis kesehatannya. Satu-satunya yang masih bertahan hanyalah ketampanan dan kebaikan hati. Hanya itu, sungguh hanya itu.

Sedetik kemudian, Calvin teringat sesuatu. Diambilnya sebuah buku, dibukanya halaman pertama. Dari pada terlarut dalam kesedihan, lebih baik ia penuhi janjinya pada Silvi. Calvin membacakan novel untuk istrinya, lalu merekamnya.

Sejak awal, membiarkan Silvi masuk ke dalam hidupnya pastilah ada konsekuensinya. Entah itu negatif atau positif. Tergantung bagaimana sudut pandangnya. Beristrikan wanita istimewa tidaklah mudah. Calvin harus belajar sabar, belajar bersikap lembut, belajar mengerti, dan belajar menyadari keadaan. Membacakan buku termasuk bagian dari kesadaran itu. Calvin yang rupawan, yang tulus, yang penyabar dan konsisten, tak segan lagi membacakan buku untuk Silvi.

Halaman demi halaman ia bacakan. Jika biasanya membaca dalam hati, kini harus membaca dengan bersuara. Itu pun tak sekadar membacakan, melainkan ada teknik story telling dan theatre of mind. Theatre of mind, kemampuan untuk membawa seseorang untuk ikut merasakan apa yang ada dalam cerita. Ini pengalaman pertama Calvin membacakan buku untuk orang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun