** Â Â Â
Kilasan lampu kamera yang menyorot wajah cantiknya, presenter beraut manis yang duduk di sampingnya, dan kesibukan para kru di sekelilingnya tak memudarkan keresahan di hati Silvi. Jauh dari Calvin malah membuatnya rindu. Bila dekat, justru rindu tak begitu terasa. Namun bila jauh seperti ini, bila tak berkomunikasi dalam waktu lama begini, rindu justru membuncah begitu kuatnya.
"Kamu kenapa? Apa ada yang salah?" tanya si presenter penasaran.
"Nggak apa-apa kok, nggak ada yang salah." Silvi menyahut pelan.
Talkshow segmen kedua dimulai. Silvi resah bukan karena gugup atau nervous. Diundang ke acara-acara seperti ini sudah biasa. Bukan hal baru baginya. Yang berbekas di pikirannya kini justru Calvin. Bagaimana keadaannya sekarang? Apakah ia sakit lagi? Tidakkah ia terlalu memaksakan diri untuk menulis artikel sementara kondisi kesehatannya belum pulih? Tubuh Silvi ada di studio, namun jiwanya ada di tempat lain.
"Nah...Silvi, gimana cara kamu biar bisa survive? Gimana cara kamu membuktikan pada semua orang yang menjustifikasi dan memandang orang seperti kamu dengan sebelah mata?" Sang presenter mulai melontarkan pertanyaan.
"Cara saya survive dari keadaan ini adalah dengan berprestasi, bekerja di bidang yang saya sukai, dan berbuat sebanyak mungkin kebaikan. Kebanyakan orang yang menjustifikasi dan memandang sebelah mata wanita berkebutuhan khusus terlanjur termakan stereotip negatif. Bahwa wanita seperti itu cenderung tidak berguna, tidak bisa apa-apa, dan kemampuannya sangat terbatas. Saya ingin mematahkan stigma itu. Finally, saya bangkit dan berusaha membalas mereka dengan cara positif. Caranya, tetap berprestasi dan menunjukkan kalau yang terbatas pun pasti bisa."
Jawaban diplomatis Silvi disambuti tepuk tangan para audience dan tatapan kagum host program itu. "Wow...fantastic. Btw, sekarang lagi sibuk apa nih? Selain modeling dan ngeblog? Mau bikin buku lagi ya?"
"Yups. Buku yang kesembilan," jawab Silvi santai. Seolah ia sedang bercerita tentang hewan peliharaannya.
"Buku kesembilan? Wah keren banget...coba dong kasih bocoran tentang ceritanya."
Seulas senyum menghiasi wajah cantik Silvi. Mata birunya memancarkan binar antusiasme dan kebahagiaan.