"Barusan ngisi acara talkshow motivasi ya? Kamu keren banget sih..." puji Monna.
"Ah, kebetulan aja kok." bantah Silvi halus.
"Nggaklah. Di dunia ini nggak ada yang namanya kebetulan." Arina menimpali.
"Silvi, you're not different...but you're special. You're a special Lady." Debby berkata tulus, menatap mata biru Silvi dengan mata hazelnya sendiri.
Special Lady? Kata-kata itu berputar di benak Silvi. Mencipta gulungan kebahagiaan dan kepercayaan diri. Special Lady sejatinya berpasangan dengan seseorang yang special juga. Calvin, kembali lagi sepotong nama dan seraut wajah tampan itu terlintas.
Obrolan hangat para model itu tak berlangsung lama. Sutradara menyuruh mereka stand by di posisi masing-masing. Silvi berdiri tegak, satu tangannya menyentuh pagar balkon.Â
Langit mendung menjadi latar belakang. Sesuai skenarionya, ia memasang ekspresi wajah sedih dan terluka. Agar aktingnya lebih meyakinkan, Silvi mengingat Calvin lagi. Calvin Wan, blogger super tampan sekaligus petinggi perusahaan itu, sedang sakit. Kidney cancer menggerogotinya.Â
Kemoterapi merontokkan sebagian besar rambutnya, pernah mengalami blood poisoning/sepsis, dan terpaksa harus cuti panjang dari kantornya demi fokus menjalani pengobatan.Â
Calvin yang tampan, tampan wajah dan hatinya. Calvin yang selalu ada untuknya, menemaninya, mendampinginya melewati saat terberat, mendorongnya bangkit dari titik terbawah, menjaga hatinya dari percik amarah dan ketidakrelaan, melindungi jiwanya yang rapuh dengan kelembutan. Semua ingatan tentang Calvin berhasil membuat akting Silvi lebih natural dan meyakinkan.
"Camera rolling...action!"
** Â Â Â