Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Mata Pengganti, Pembuka Hati, "Kata-kata Indah yang Kau Bacakan"

3 Januari 2018   06:02 Diperbarui: 3 Januari 2018   13:58 2047
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Aku tidak akan berangkat sebelum kamu minum obat." Silvi berujar tegas.

"Ok...wait."

Beranjak kembali ke mejanya, Calvin meraih gelas berisi air putih dan tablet-tablet obat. Silvi mengawasinya cemas, takut kalau-kalau suami super tampannya memuntahkan obatnya lagi seperti kemarin malam. Kedua tangannya terlipat di depan dada, berdoa agar tak terjadi apa-apa.

Sementara itu, Calvin menggenggam gelasnya erat. Meminum obat satu demi satu. Obat-obatan yang sangat dibencinya. Setiap hari ia meminumnya, tapi rasanya tak ada perubahan apa pun. Ini baru obat-obatan imunosupresif. Ditambah lagi kemoterapi. Langkah medis yang paling mengerikan setelah hemodialisa. Efek sampingnya begitu kejam, bahkan mungkin lebih kejam dari Namrud atau Fir'aun.

Rasa lega menjalari hati Silvi begitu tablet terakhir berhasil ditelan. Ketakutannya tidak terjadi. Dipeluknya pundak suami super tampannya, dikecupnya pipi pria oriental itu.

"Nah begitu...kamu pasti cepat sembuh."

"Semoga saja."

Mengapa Calvin ragu? Buru-buru Silvi menghalau pertanyaan negatif itu dari otaknya.

"Ok, time to go. Dua jam lagi take. Have a nice day, My Lovely Calvin."

"Have a nice day, My Lovely Silvi."

Mengantar istri cantiknya ke pintu, Calvin menahannya sebentar. Mencium kening, kelopak mata, dan pipi wanita blasteran Sunda-Inggris itu. Hati Silvi berdesir. Dibelainya telapak tangan Calvin dengan lembut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun