Sekali dalam hidupku
Kasihku dengarkan
Hanya engkau yang bisa
Temani hidup ini
Sampai akhir usia kita (Rio Febrian-Maafkan).
Kristal bening jatuh di mata Rossie. Sudah terlambat, pikirnya gusar. Sudah tak ada lagi alasannya untuk memaafkan Calvin.
Kemanakah Calvin ketika dirinya kritis dan membutuhkannya? Kemanakah Calvin ketika operasi pengangkatan rahim itu berlangsung? Calvin tak pernah, dan tak pernah peduli padanya.
Awalnya, Calvin dan Rossie bersahabat sejak kecil. Berbagai kondisi menyakitkan membuat mereka terpisah. Penyakit kanker, hadirnya orang lain, karier, dan banyak hal lainnya. Rossie masih sabar pada mulanya. Berusaha menerima dan memahami kelebihan serta kekurangan Calvin. Berusaha mengerti sikapnya yang belum bisa ia terima. Namun tak semudah itu. Terkaadang, sikap dan tingkah Calvin membuatnya kecewa dan tidak tahan. Keras kepala, tidak romantis, tidak bersikap manis, tidak menghargai Rossie saat wanita Sunda-Jerman itu ingin menemani atau menenangkannya, dan sulit diajak bicara serius. Jujur saja, Rossie tak menyukainya.
Sampai akhirnya, datanglah saat terberat itu. Kanker rahim. Calvin, satu-satunyaa pria yang keras kepala menjulukinya "Bawang" dengan berbagai lapisan yang belum terbuka sampai ke intinya itu, tidak ada di sampingnya. Kali ini, Rossie menutup pintu maafnya rapat-rapat. Ia sudah berjuang sendirian melawan kanker. Hingga melewati operasi yang memutarbalikkan hidupnya. Calvin tak ada, tak pernah ada. Mana mungkin ia percaya?
Tetiba saja, setengah tahun lalu, Calvin datang melamarnya. Mengajaknya menikah. Saat itu Rossie masih memulihkan jiwanya. Membebaskan diri dari guncangan trauma. Mengumpulkan kembali sisa-sisa kepercayaan dirinya. Sejak menjalani operasi, Rossie berubah menjadi wanita introvert, dingin, dan mengalami krisis kepercayaan diri.
Terpaksa ia menerima lamaran Calvin. Menghadapi pernikahan tanpa cinta. Keluarga bahagia dan bersyukur. Tentu saja, karena ada yang mau menikahi wanita tak sempurna seperti dirinya. Tapi Rossie tak pernah mensyukuri pernikahannya.