Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Psikolove, Akhirnya Ku Menemukanmu (8)

7 Desember 2017   05:57 Diperbarui: 7 Desember 2017   05:58 927
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menjauh sedikit dari Silvi, keduanya berdiri bersisian. Calvin tak dapat menahan diri untuk memegang lembut kedua tangan Clara. Sebelum ruang dan waktu memisahkan mereka untuk sementara.

"Aku tunggu...aku menunggumu. Semoga urusan single parent adoption berjalan lancar." ujar Clara.

"Semoga saja. Thanks Clara."

Clara melempar senyum menawan. Calvin menatapnya lekat. Tulus, dalam, penuh cinta.

"Jika aku berhasil, aku akan jadi ayah yang jauh lebih baik lagi." ungkap Calvin penuh kesungguhan.

"That's good. Kamu pasti bisa. Dan...aku akan menunggu. Sampai kamu kembali seperti dulu."

Di ujung sana, Silvi menahan perasaannya. Menekan luka hatinya dalam-dalam. Dia pun mau menunggu asalkan diberi kesempatan. Bahkan ia siap menunggu lama dengan sabar. Silvi jauh lebih terbiasa.

Pisau tajam merobek hati, memahat luka. Silvi merasa dua kali lipat lebih kesepian. Pedih hatinya, hampa jiwanya, hancur fondasi ketegarannya. Calvin sudah punya Clara yang akan menunggunya. Kehadiran Silvi dan kebaikan hatinya memang tak berarti apa-apa. Hati Silvi pedih, sungguh pedih. Dirinya memang tak pernah diinginkan. Selalu terabaikan, selalu tak diinginkan, selalu jadi yang kedua. Tak ada yang benar-benar peduli, Silvi sadar itu.

**      

https://www.youtube.com/watch?v=nRa8-AB4Wyk

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun