Suara bass itu, benarkah itu Calvin? Silvi menahan nafas, menunggu kelanjutannya.
"Nanti setelah keluar dari rumah sakit, aku akan melakukan single parent adoption lagi."
"Wow benarkah? That's great. Aku pasti mendukungmu, Calvin. Beruntungnya anak yang akan kamu adopsi!" seru Silvi antusias.
"Iya, Silvi. Aku ingin mengadopsi anak lagi. Mengurusnya, membesarkannya, dan mendidiknya. Sudah saatnya bangkit dari kesedihan, dan mencari kebahagiaan baru. Bukankah mengurus anak akan membuat hati bahagia dan mendapatkan pahala?" Calvin mengakhiri dengan retoris, tertangkap nada bahagia dalam suaranya.
Mengurus anak memang besar tanggung jawabnya. Calvin sudah tahu itu. Ia pasti bisa. Tujuh tahun merawat Angel sudah menjadi bukti bahwa dirinya mampu menjadi ayah yang baik. Silvi tersenyum. Dalam hati ia berjanji untuk mendukung dan membantu Calvin sebisanya. Takkan ia biarkan Calvin melakukan tanggung jawab itu sendirian.
"Oh Calvin, aku merindukanmu. Hari ini aku free. Aku akan datang ke rumah sakit...ingin kulewatkan waktu bersamamu." Silvi berujar lembut.
"Iya, Silvi."
Bahagianya Silvi. Ini pun tak dimengertinya. Silvi selalu ingin melewatkan akhir pekan dan waktu senggangnya bersama Calvin. Gadis itu hanya ingin ditemani Calvin saat ia punya waktu senggang. Calvin pun tak pernah keberatan. Seperti ada yang menggerakkan hatinya untuk menemani Silvi. Benar-benar suatu kebetulan yang aneh. Tak semua rahasia alam bisa dijelaskan. Ah andai saja tak ada Clara...
Sedikit kebahagiaan penyembuh kesepian telah hadir.
** Â Â Â
Ada cinta yang sejati