"Entahlah. Pilihan adikku."
Sarah mengerutkan kening. Menatap Clara, Nyonya Atikah, dan Silvi bergantian. Ia berlutut di depan Silvi. Membelai-belai lembut kedua tangan gadis itu.
"Silvi cantik...adikku sayang, apa jaminannya yang membuat kami percaya kalau kamu akan aman bersama Calvin?"
Sifat lembut keibuannya muncul. Sarah tidak setajam dan seangkuh Clara saat mengkritisi sesuatu. Ia jauh lebih halus. Lebih hati-hati dalam berbicara dan bersikap.
"Coba Mama ingin lihat. Mama ingin tahu, apakah dia bisa dipercaya?" tandas Nyonya Atikah.
"Ma, aku punya ide yang lebih bagus." Clara tersenyum sinis, memainkan rambutnya.
"Kita ikuti saja mereka nanti. Pokoknya kita tak boleh ambil risiko. Nanti kalau terjadi apa-apa dengan Silvi, awas saja."
"Coba Mama ingin lihat siapa sebenarnya Calvin Wan itu. Benarkah dia bisa menjaga Silvi dan takkan berbuat jahat padanya? Buktikan dulu pada Mama." Sergah Nyonya Atikah.
"Kalau sudah terbukti, Mama izinkan kamu dinner dengannya, Silvi."
Silvi menundukkan wajah. Habislah kali ini ia disidang sebagian besar anggota keluarga intinya. Inikah bentuk protektif yang luar biasa? Ataukah ini bentuk kecintaan keluarga pada dirinya? Entahlah, Silvi sulit mempercayai fakta kalau banyak orang yang mencintainya.
** Â Â Â