"Aku beruntung bisa mengenalmu, Calvin. Mengapa dulu aku membencimu? Mengapa aku harus memusuhimu secara sepihak? Maafkan aku ya," ungkap Clara.
Calvin tersenyum menawan. Tak tahan untuk mengulurkan tangan dan mengacak rambut Clara. Sebuah tindakan impulsif yang membuat si psikolog cantik berteriak gemas. Perlahan merapikan kembali rambutnya yang berantakan.
"Tidak apa-apa. Itulah gunanya saling mengenal." kata Calvin menenteramkan.
"Seharusnya aku tak perlu memusuhimu, Calvin. Kini aku sadar...orang yang selama ini kumusuhi sangatlah mengagumkan."
Hati Calvin berdesir. Kata-kata lembut itu keluar dari orang yang pernah memusuhinya. Seseorang yang mempedulikannya, menyelamatkannya dari percobaan bunuh diri. Seorang wanita yang mendapat tempat spesial di hatinya, wanita yang ia cintai.
"Jika kamu mengagumiku..." Calvin bergerak dari tempat tidurnya, mendekatkan wajahnya ke wajah Clara.
"Aku mencintaimu. Clara Carolina, I love you."
Betapa magisnya kata cinta. Mengandung kekuatan luar biasa. Energi hati berpadu dengan energi cinta. Sesungguhnya, hati Calvin dan Clara telah menyatu.
"Calvin..." panggil Clara halus.
"Ingin sekali kukatakan hal yang sama padamu. Aku...aku juga mencintaimu, Calvin Wan."
Dua pasang mata beradu pandang. Lembut, tulus, penuh cinta. Cinta ini terlarang. Bila mereka saling mencintai, akan ada dua hati yang tersakiti.