"Sure..." sahut Clara, tersenyum anggun.
"Tolong ambilkan tab-ku. Aku ingin menulis. Aku ingin one day one article."
Luar biasa. Dalam kondisi sakit, Calvin masih bersemangat one day one article di media jurnalisme warga itu. Mempertahankan komitmen dalam keadaan sakit.
Clara mengambil tab milik Calvin. Menyerahkannya disertai senyum tulus. Ada cinta dalam sorot matanya. Ada kekaguman di balik senyumnya.
"Kamu hebat, Calvin. Why are you so adorable?" puji Clara.
"Tidak, Clara. Biasa saja. Hanya sekadar berbagi," Calvin menyebut kalimat terakhir yang biasa dia gunakan sebagai penutup tulisannya.
Kekaguman mengaliri hati Clara. Wanita Aries kelahiran 16 April yang pernah menjadi model waktu kecil itu amat mengagumi Calvin. Bukan sekadar mengagumi, tapi mencintainya. Ah cinta itu sesungguhnya terlarang. Bagaimana jika Adica sampai tahu?
Menatap seraut wajah tampan itu lama-lama. Membingkainya dalam jiwa. Menikmati teduhnya mata itu. Mengamati gerakan lincah jemari tangan Calvin menyusun rangkaian kata menjadi sebuah artikel. Clara betah melakukannya. Tak juga jemu, tak juga ingin beranjak. Bolehkah waktu berhenti?
"800 juta pekerjaan yang akan diotomatisasi tahun 2030?" Clara membaca artikel yang baru setengahnya itu, ketertarikannya bangkit.
"Iya, Clara. Itu berdasarkan skenario pesimis. Skenario optimisnya 400 juta." Calvin menjelaskan.
Clara mengangguk paham. Lagi-lagi memberi tatapan kagum pada klien istimewanya itu. Calvin mau menulis lagi, setelah percobaan bunuh diri untuk kesekian kalinya. Sebuah kemajuan besar. Clara berharap, komitmen one day one article itu mampu mengembalikan semangat hidup Calvin seutuhnya.