"Bunda mencarimu, Sayang. Ternyata kamu di sini. Pulang yuk." ajak Dinda halus.
"Nggak mau. Valerie mau di sini aja. Mau temenin Daddy Calvin." tolak Valerie bandel.
"Tidak apa-apa, Dinda. Mungkin Valerie masih ingin bersamaku." Calvin menengahi dengan lembut.
Suara bass bernada lembut itu, tatapan teduh dari sepasang mata sipit itu, sukses menghipnotis Dinda. Calvin Wan tetaplah Calvin Wan. Tampan, memesona, dan punya sejuta aura memikat meski telah memasuki usia 45 tahun. Sosok pria berumur yang tak kehilangan ketampanannya. Tipikal hot daddy super ganteng idaman banyak remaja lelaki dan perempuan.
Jauh di dalam hati, Dinda masih mencintai Calvin. Meski Calvin sering mengecewakannya, membuatnya tak mengerti, dan menyakiti hatinya entah sengaja atau tidak. Namun, cinta itu masih ada. Masih mengakar kuat walau diiringi rasa kecewa dan sakit hati yang belum memudar.
"Ayo pulang, Valerie. Lain kali kamu bisa ketemu Daddy Calvin lagi." bujuk Dinda.
Valerie keras kepala. Tak mau dibujuk. Katanya, ia takut bertemu Dean. Ayahnya itu selalu memupuk rasa bersalah di benaknya.
Calvin menatap Dinda lekat. Memperhatikannya saat wanita di masa lalunya itu membujuk Valerie. Dinda yang cantik, lemah lembut, dan keibuan. Sebenarnya amat serasi bersanding dengan Calvin. Daddy Calvin Wan dan Bunda Dinda Pertiwi. Masih mungkinkah mereka bersatu?
Sementara itu, di luar gerbang rumah, seorang wanita bergaun putih menangis. Terisak tertahan. Separo wajahnya tersembunyi di balik tangannya. Air mata terus mengalir. Air mata bercampur darah.
Beginikah yang namanya menangis darah? Darah ini pun berasal dari kedua matanya. Mata Muthiah, sang model, penulis, blogger, hypnotherapyst, motivator, dan announcer cantik itu. Hatinya kembali terasa sakit. Dia baru saja melihat Dinda turun dari sedan mewahnya dan menemui Calvin. Mau apa lagi perempuan itu?
Mata Muthiah berdarah lagi. Bukan lagi mata sebelah kanan, tapi sebelah kiri. Hatinya menyesali sikap Calvin dan luka berdarah yang ditimbulkannya. Mengingat apa yang telah dilakukan Calvin hanya menyakiti hati Muthiah saja. Calvin yang tidak pernah mendengarkannya, mengeraskan hati padanya, dan tidak peduli padanya. Calvin yang banyak berubah. Menjadi lembut dan suka mengalah hanya karena Dinda, bukan karena Muthiah.