"Valerie? Long time no see." Calvin berkata setengah tak percaya.
Valerie Dean, gadis cantik bermata biru yang tak lain sahabat Elby. Sejak kecil, Valerie dan Elby bersahabat. Mereka bersekolah di tempat yang sama, menekuni dunia eentertainment, dan menjalankan bisnis fashion. Valerie, si gadis blasteran Jawa-Inggris itu, dan Elby si pemuda berdarah keturunan, sering dikira sepasang kekasih oleh para fans. Soal dalamnya hati, hanya mereka yang tahu.
Dunia sempit. Itu benar. Valerie adalah putri semata wayang Dinda Pertiwi, cinta pertama Calvin Wan. Bukannya dekat dengan Dean Wijaya, ayah kandungnya sendiri, Valerie justru dekat dengan mantan kekasih Bundanya. Ironis.
"Miss you. Daddy kangen juga nggak sama aku?" tanya Valerie.
"Kangen, Sayang."
Calvin membelai rambut panjang Valerie. Menuntunnya masuk ke ruang tamu. Valerie berlama-lama menggandeng tangan Calvin, enggan melepaskannya. Sebulan lebih mereka tak bertemu.
Teh hangat dan muffin menemani obrolan ringan mereka. Valerie dan Calvin layaknya ayah dan anak. Duduk berdua, bertukar cerita, sesekali bercanda dan tertawa. Valerie banyak bercerita tentang teman-temannya, kuliahnya, dan sesi pemotretan yang diikutinya. Calvin sabar mendengarkan. Tak nampak sedikit pun tanda-tanda kejenuhan darinya. Tak segan pula ia memberi nasihat pada Valerie. Si gadis bermata biru pun mendengarkan dengan senang hati.
"Daddy, tadi aku jenguk Elby di penjara. Aku bawakan dia pizza, burger, dan breadtalk. Dia habiskan semua makanan yang kubawa. Katanya, makanan di penjara nggak enak." Valerie bercerita penuh semangat.
Hati Calvin trenyuh seketika. Masih ada yang peduli pada anaknya. Masih ada yang mencintai dan menyayangi putra tunggalnya. Di saat publik dan keluarga besar menjudge negatif, Valerie datang dengan support dan cinta kasihnya.
"Terima kasih, Sayang. Terima kasih mau peduli dengan Elby." ujar Calvin, sekali lagi mengelus kepala Valerie.
"Sama-sama, Daddy. Elby kan sahabatku. Aku harus kasih support buat diaa. Aku sayang Elby, aku juga sayang Daddy Calvin."