Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Energi Hati

20 Oktober 2017   05:56 Diperbarui: 20 Oktober 2017   06:11 1213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Oh, sama sekali tidak masalah. Rumah itu jauh lebih bermanfaat untuk anak-anak asuhmu. Mereka butuh tempat tinggal, butuh kenyamanan selama bolak-balik menjalani terapi pengobatan kanker."

Mendengar kata-kata bijak istrinya, Calvin menatap lembut wajah Calisa. Ternyata Calisa tak berubah. Tetap cantik, baik cantik di luar maupun cantik di dalam. Ketulusan dan kelembutannya tak berkurang sedikit pun.

"Aku beruntung memilikimu kembali, Calisa." ujar Calvin lembut. Membelai rambut panjang Calisa.

"Akulah yang lebih beruntung. Ternyata suamiku ini luar biasa."

Calvin meraih tangan Calisa. Mengajaknya berkeliling villa baru mereka. Melihat-lihat kamar demi kamar. Melewati ruang tamu, ruang tengah, perpustakaan kecil, studio musik, dan balkon. Mengecek kelengkapan furniture. Memastikan lukisan dan foto-foto terpasang rapi di dinding.

Akhirnya mereka berhenti di sebuah kamar tidur bernuansa soft pink. Interior dan penataannya mirip sekali dengan kamar Fransisca di rumah lama. Calvin dan Calisa duduk di tempat tidur. Mengamati susunan perabot, koleksi boneka, dan tumpukan buku di sekeliling kamar. Semuanya persis sama.

"Calvin Sayang, siapa yang mendekor kamar ini? Persis sama dengan kamar Fransisca," desah Calisa tak percaya.

"Aku," jawab Calvin.

"Agar ingatan tentang Fransisca selalu melekat dimana pun kita tinggal."

Kedua mata Calisa membulat kagum. Menatapi dekorasi kamar itu. Melempar pandang rindu pada foto-foto Fransisca.

"Terima kasih ya. Kamu mau mengabadikan kenangan putri kita. So, meski kita telah pindah, kita masih bisa mengenang Fransisca di sini."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun