Tanpa kata, Calisa memeluk Calvin. Keduanya berpelukan, erat dan lama. Hangat mengaliri tubuh mereka. Bolehkah waktu dihentikan saja, agar mereka bisa berpelukan seerat ini?
"Calvin?"
"Ya, Sayang?"
"Kenapa kamu memilihku? Aku banyak kekurangannya. Seharusnya, kamu pilih saja wanita-wanita lain yang lebih cantik dan lebih baik dariku. Ada Syifa, Dinda, Bianca, Marla, Fatima, Naftalia, dan Ariyani. Pilih mereka saja..."
Ada nada pesimistis dalam suara Calisa. Refleks Calvin mempererat pelukannya.
"Calisa, sampai sekarang aku tak tahu pasti apa alasannya. Yang jelas, aku merasa cocok denganmu. Terlebih kamulah yang pertama mengulurkan tangan untuk mengenalku." ungkap Calvin, jujur dan apa adanya.
"Aku jadi ingat penasihat spiritualku. Kecocokan itu muncul karena adanya energi hati."
"Energi hati? Mungkin saja begitu. Satu hal yang pasti: hatiku sendiri yang memilihmu. Tidak ada paksaan dan campur tangan pihak lain saat kuputuskan untuk memilihmu."
Ini masalah hati. Hati merekalah yang memilih untuk menyatu dan mencinta. Kata hati tak pernah berdusta. Berjuta pilihan di sisi mereka, namun hati selalu mampu memberi pilihan terbaik.
** Â Â Â Â
https://www.youtube.com/watch?v=KBE2D0OkaLM