"Are you sure?" tanya Syifa lembut.
"Lebih cantik mana? Aku atau Calisa?"
Sebuah pertanyaan sulit. Syifa memang cantik, menarik, dan punya seribu cara untuk memikat hati pria yang disukainya. Namun bukan daya tarik seperti itu yang dicari Calvin.
"Syifa, you're beautiful." puji Calvin tulus. Ditingkahi tatapan kaget Dinda, Fatima, Marla, Naftalia, dan Ariyani. Disambuti senyuman Syifa.
"Tapi bukan kamu yang kucari. Kecantikanmu lebih pantas untuk pria lain saja. Masih banyak pria charming di luar sana yang menantimu."
Calvin mengatakannya dengan lembut dan penuh empati. Ekspresi wajah Syifa mulus tak terbaca. Belum sempat ia menanggapi, Bianca langsung mencuri kesempatan.
"Sebenarnya, apa motifmu kembali pada Calisa?"
"Bianca, haruskah kukatakan berulang kali? Tidak perlu alasan untuk mencintai dan mengharapkan dia kembali. Begitu ada kesempatan, aku tak akan ragu mengambilnya."
Rupanya Calvin masih sabar melayani pertanyaan dan argumen wanita-wanita jelita itu. Walau hatinya mulai dirayapi keresahan. Ulang tahun kematian putrinya tak pantas dirusak oleh kehadiran beberapa orang yang ingin mengacaukan hidupnya.
"Calvin, sorry ya. Kami tidak bermaksud merusak acara ulang tahun kematian putrimu. Tapi...keputusanmu untuk rujuk dengan Calisa setelah empat belas tahun berpisah benar-benar sensasional. Jujur kami kecewa. Mengapa kamu tidak memilih salah satu dari kami?" Seakan bisa membaca pikirannya, Ariyani meyakinkan Calvin bila mereka takkan merusak acara peringatan ulang tahun kematian Fransisca.
"I see. Terima kasih atensinya. Kurasa, sudah jelas semuanya. Aku dan Calisa saling mencintai. So, kami putuskan untuk rujuk kembali." kata Calvin sabar.