"Contohnya apa?"
"Dia tak bisa menunggu, sementara aku selalu bisa menunggunya. Dia tertutup dan aku terbuka. Beginikah relasi yang ideal? Salah satu pihak sangat terbuka, sedangkan pihak lainnya tertutup? Bagaimana jika Calvin lama-lama tak tahan denganku, lalu mencari wanita lain?"
"Oh Silvi..." Calisa tertawa manis.
"You're so funny."
Kalau bukan Calisa yang mengatakannya, mungkin Silvi akan tersinggung di saat seperti ini. Ia menahan diri. Menunggu Calisa menyelesaikan ucapannya.
"Nobody perfect, Dear. Maybe, itulah kekurangan Calvin yang belum kamu tahu. Soal tertutup, waktulah yang akan menjawabnya. James juga tertutup. Tapi jika waktunya sudah tepat, dia akan cerita semuanya padaku."
"Mungkin Calvin menganggapku anak kecil. Belum dewasa. Okey fine, kuakui dia lebih dewasa dariku. Tapi kalau dia terus-terusan begini..."
"Aku tidak kenal langsung, tapi aku sudah tahu siapa Calvin Wan. Aku memperhatikanmu dari jauh, Silvi Sayang. Dan kuperhatikan Calvin juga."
Sungguh, Silvi tak menyangka. Calisa seperhatian itu padanya. Mengapa Calisa begitu perhatian? Bukan hanya Silvi yang suka memperhatikan orang dari jauh, ternyata Calisa melakukan hal yang sama.
"Kupantau semua medsosmu, Silvi. Kubaca tulisan-tulisan Calvin. Tulisan terbarunya tentang Lagom, kata Swedia itu, masuk jajaran terpopuler. Mengagumkan..."
Mengejutkan, ternyata Calisa tahu sejauh itu tentang Calvin. Meski Silvi lebih banyak diam. Meski tak sepotong pun cerita terlontar darinya.