Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Mata Pengganti, Pembuka Hati (5)

13 Oktober 2017   05:47 Diperbarui: 13 Oktober 2017   06:01 1202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Mau kubantu merawatnya lagi?" Calvin lembut menawarkan. Disambuti anggukan Silvi.

Rasa letih hilang seketika. Di kantor, Calvin adalah petinggi perusahaan. Di catwalk, ia model profesional. Di cafe, ia penyanyi berbakat. Di rumah, Calvin Wan adalah ayah dan suami yang luar biasa.

"Silvi, kamu tak perlu khawatir akan ditinggalkan olehku." ujar Calvin, memegang halus tangan istrinya.

"Itulah yang selalu kutakutkan."

"Tidak perlu, Sayang. Selama aku masih bisa bernafas, aku akan menjadi mata untukmu."

Pertanyaannya adalah, sampai kapankah Calvin punya waktu untuk hidup lebih lama dan menjadi mata untuk Silvi? Mampukah Calvin Wan yang setia, sabar, dan konsisten itu menaklukkan kanker ginjal yang dideritanya?

Saat Silvi melepaskan genggaman tangannya, Calvin merasakan sakit. Sakit yang datang di saat tidak tepat. Mengapa sakit ini datang ketika dirinya bersama Silvi? Ia belum siap menceritakan penyakitnya pada Silvi.

Calvin sedikit membungkukkan tubuhnya untuk menggunting batang bunga. Keadaan bertambah rumit saat itu. Hidung Calvin berdarah. Beberapa tetes darahnya menodai kelopak-kelopak putih bunga-bunga cantik itu.

"Ya Allah...jangan sekarang." lirih Calvin tanpa sadar. Merasakan darah terus mengalir dari hidungnya.

**       

Paris van Java, 13 Oktober 2017

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun