Susah payah Calvin menahan diri untuk tidak bersorak. Sebenarnya, kotak berisi rokok itu adalah taktiknya. Ia ingin mengetes seberapa jauh akhlak baik Revan.
"Oh iya...lupa!" Calvin menepuk dahinya, memasang ekspresi lupa yang sangat meyakinkan.
"Itu punyaku! Tadi kuletakkan di situ sebelum perform! Kok bisa lupa ya? Parah ya..."
Menertawakan kecerobohannya sendiri, Calvin beranjak ke depan meja. Mengambil sebatang rokok dari dalam kotak itu.
"Kamu mau coba?" tawarnya.
"Nggak, aku pantang merokok." tolak Revan tegas.
"Are you sure? Merokok itu nikmat lho. Bisa membuat perasaan lebih baik." Calvin masih berusaha menggoda Revan. Namun Revan tak tertarik.
"Dari pada merokok," ujarnya seraya menuangkan segelas air putih dari dispenser.
"Lebih sehat minum air putih."
Good, bisik hati Calvin puas. Langkah selanjutnya tak mudah. Calvin berpura-pura menikmati rokoknya. Sebenarnya, ia benci sekali benda satu ini. Sejak dulu, Calvin tak pernah merokok. Tak pernah pula mengonsumsi alkohol dan narkoba. Itu pulalah salah satu hal yang sangat disukai Silvi dari Calvin: pria baik-baik yang tidak pernah menyentuh barang haram. Pria yang tahu bagaimana menjaga diri dan keluarganya.
Malam ini, Calvin harus berpura-pura. Ia mengisap rokok untuk pertama kalinya. Sungguh tidak enak. Meski demikian, ia berakting dengan sangat meyakinkan. Pura-pura menikmatinya di depan Revan. Seakan nikotin dalam rokok adalah kenikmatan terindah di dunia.