Ini sebuah kemajuan pesat. Julia menerima ajakan Calvin dengan bahagia. Segera saja ia mempersiapkan semuanya. Mulai dari memilih baju sampai make up. Bertekad tampil sempurna untuk Calvin.
Malam ini, Julia terlihat sangat cantik dalam balutan little black dress berpotongan halter neck. Polesan make up di wajah dan tas Kate Spade berwarna senada menyempurnakan penampilannya.
Kini ia berdiri berhadapan dengan Calvin. Tanpa sadar ia menikmati ketampanan Calvin dari dekat. Mengapa suaminya itu selalu terlihat tampan dalam berbagai situasi? Julia sangat bangga bisa memperoleh pasangan hidup yang rupawan.
Sementara itu, Calvin merasakan desiran halus di hatinya. Desir halus, misterius, namun nyaman yang menggetarkan perasaannya. Melihat betapa cantiknya Julia, ia tersadar. Seharusnya ia tak boleh menyia-nyiakan wanita secantik dan sebaik ini.
"Julia..." ujarnya lembut. Terlihat sekali Calvin nervous. Seolah ini kencan pertamanya.
"Kamu...cantik."
Julia tersenyum. "Thanks, Calvin."
Sebuah progres lagi. Calvin telah memiliki keberanian untuk memujinya cantik. Lama sekali Calvin tak melakukannya.
Dengan gallant, Calvin membukakan pintu mobilnya untuk Julia. Inilah yang diharapkannya. Akankah situasi segera kembali seperti dulu?
Perjalanan menuju cafe cukup lancar. Tak banyak kata di antara mereka, namun Calvin dan Julia menikmati kedekatan itu satu sama lain. Kapankah sejak terakhir kali mereka makan malam romantis? Dulu sewaktu segalanya masih baik-baik saja, paling tidak sebulan dua kali Calvin mengajak Julia candle light dinner. Beberapa kali dalam setahun mereka mengagendakan traveling berdua. Entah itu ke Singapura, Malaysia, China, keliling Eropa, atau sekadar ke Pulau Dewata. Perjalanan umrah pun mereka lakukan sekali dalam setahun, hanya berdua. Hidup bersama Calvin membuat Julia bahagia. Kasih sayang tercukupi, materi apa lagi.
Terlarut dalam kenangan, tak terasa mereka telah sampai. Calvin masih terlihat salah tingkah sewaktu menggandeng tangan Julia. Tak masalah, bukankah ini bagian dari proses?