"Bagus. Coba saja semua anak guru dan anak kepala sekolah berpikiran sepertimu." tukas Nyonya Santi.
"Justru aku salut sama Mama. Mama mau mengajar siapa saja. Murid dengan berbagai kondisi dan latar belakang diterima dengan baik. Diperlakukan tanpa pilih kasih. Apa Mama tetap akan menerima Hanny dan Kezia seandainya mereka bukan dari keluarga mampu?" Calvin melontarkan pertanyaan yang terlintas di pikirannya.
"Tentu saja. Tak ada alasan bagi Mama untuk menolak mereka. Siapa pun berhak memperoleh pendidikan. Siapa pun boleh menuntut ilmu. Tak peduli siapa dan dari mana mereka." jawab Nyonya Santi.
"Nah, itulah yang membuatku kagum pada Mamaku."
Nyonya Santi tertawa kecil. "Mama tidak ada apa-apanya, Sayang. Masih banyak pendidik yang jauh lebih baik dari Mama."
"Mama adalah satu dari sekian banyak contoh pengajar yang baik. Semoga Mama segera diangkat jadi kepala sekolah."
Menjadi kepala sekolah bukanlah ambisi Nyonya Santi. Bisa mengajar dan memberikan ilmu saja sudah lebih dari cukup. Jabatan hanyalah bonus.
** Â Â Â
Tengah sibuk memeriksa laporan hasil penjualan, Julia mendapat tamu istimewa di toko bunganya sore ini. Tak lain Cindy. Ia datang bersama tunangannya.
"Cindy, long time no see!" Julia berseru antusias. Memeluk erat sahabat imutnya itu.
"Julia...miss you." Cindy balas memeluk Julia.