Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Haruskah Takut Pada Cinta? (5)

16 September 2017   07:40 Diperbarui: 16 September 2017   17:21 1024
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kak Calvin mau belajar Braille? Oh boleh...boleh banget." kata mereka antusias.

"Sini, Hanny tulis alfabet dan simbol-simbolnya ya."

Calvin memberinya selembar kertas kosong. Hanny mulai menulis alfabet lengkap dengan angka dan simbolnya. Sementara Kezia mengajari Calvin cara memasangkan reglet pada kertas dan cara menggunakan pen. Keduanya begitu bersemangat melakukannya. Calvin belajar dengan cepat. Tak butuh waktu lama baginya untuk menghafal keenam titik dan simbol-simbol dalam huruf Braille.

"Yes...Kak Calvin pintar! Coba Kakak tulis sesuatu di sini!" tantang Kezia.

Merasa tertantang, Calvin nekat menulis meski baru pertama kali belajar. Ia berharap apa yang ditulisnya bisa terbaca. Hanny dan Kezia menunggu-nunggu, yakin sekali Calvin bisa menuliskan sesuatu untuk mereka di percobaan pertamanya. Nyonya Santi tersenyum kecil memperhatikan mereka bertiga. Senang anaknya bisa sedekat itu dengan dua murid favoritnya.

Pertama kali mencoba, ternyata gagal. Tulisannya tak terbaca. Bukannya kecewa atau kesal, mereka bertiga justru tertawa. Amat menikmati saat-saat itu. Kali kedua sama saja. Barulah pada kali ketiga, Calvin berhasil. Ia mencoba menuliskan namanya sendiri, dan Hanny serta Kezia dapat membacanya.

Kebersamaan mereka harus berakhir ketika Hanny dan Kezia dijemput supir mereka. Calvin dan Nyonya Santi mengantar mereka sampai ke halaman depan. Sebelum naik ke mobil, Hanny memberikan kertas berisi pedoman simbol alfabet huruf Braille pada Calvin.

"Kakak simpan ya? Nanti Hanny tantang lagi biar bisa nulis dan baca." ujarnya.

"Terima kasih, Sayang. Nanti Kakak belajar lagi. Tenang saja..." Calvin senang sekali menerimanya.

Selepas kepergian Hanny dan Kezia, Nyonya Santi mengungkapkan kekagumannya pada Calvin. Ia katakan kalau tidak semua anak guru atau anak kepala sekolah bisa dekat dan akrab dengan murid-murid orang tuanya. Tak sedikit anak guru yang bersikap sombong dan merasa dirinya pintar. Bahkan enggan berbaur dengan murid lainnya. Namun Calvin tidaklah seperti itu. Ia rendah hati dan akrab dengan siapa saja.

"Buat apa menyombongkan diri dan merasa eksklusif, Ma?" Calvin menimpali pujian Mamanya. Mengenyakkan tubuh di sofa, lalu mempelajari lagi simbol-simbol huruf Braille pemberian Hanny.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun