Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Anak Meninggal Dunia, Pukulan Berat untuk Orang Tua

30 Agustus 2017   06:10 Diperbarui: 30 Agustus 2017   11:59 24890
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Cobalah ingat hal-hal baik tentang anak kita semasa hidupnya. Kenanglah dengan senyuman, bukan dengan air mata. Jika memungkinkan, bereskan barang-barang pribadi milik si buah hati dan simpanlah. Namun bila menyimpan barang-barangnya membuat kita sedih, sebaiknya berikan saja pada mereka yang lebih membutuhkan. Jangan dibuang, tapi sumbangkan pada orang-orang yang lebih membutuhkan.

Membuat buku kenangan tentang anak juga layak dicoba. Kita bisa mengumpulkan foto-foto anak kita, disatukan, lalu kita menulis kesan indah tentang anak kita di buku kenangan. Mintalah orang-orang terdekat anak kita untuk menuliskan kesan mereka pula.

Merayakan hari kelahiran anak boleh saja. Undanglah keluarga dan kerabat dekat. Cobalah mengetahui sisi lain sang anak dari sudut pandang orang lain. Bisa saja ada hal-hal positif tentang anak kita yang belum pernah kita ketahui. Orang lain yang dekat dengannya mungkin lebih tahu. Ajak mereka untuk ikut mendoakan anak kita.

  1. Curahkan cinta pada anak lain yang kurang beruntung

Mungkin poin ini sering luput dari pikiran kita. Terlarut dalam kesedihan membuat kita hanya memikirkan diri sendiri. Cobalah beri perhatian dan kasih sayang pada anak-anak yang kurang beruntung. Entah itu anak yatim-piatu, anak berkebutuhan khusus yang kurang mampu, dan semacamnya. Berikanlah cinta kasih untuk mereka. Perhatikan mereka seperti memperhatikan anak kita sendiri. Di alam sana, anak kita pun pasti senang melihat orang tuanya berbuat baik untuk anak-anak lain.

  1. Berdamai dan berpikiran positif

Berdamailah dengan diri sendiri. Obat terbaik untuk mengobati sakitnya kehilangan adalah berdamai. Berhenti menyalahkan keadaan. Cobalah berpikir positif. Tuhan lebih menyayangi kita. Itulah sebabnya anak kita dipanggil lebih cepat. Tuhan ingin segera bertemu lagi dengan anak kita.

Sebagai orang tua, sudah sepatutnya untuk menerima dengan ikhlas. Mengikhlaskan bukan berarti melupakan dan berhenti mencintai. Kita masih bisa mencintai buah hati yang sudah meninggal. Caranya, dengan berdoa untuknya. Mengikhlaskan kepergiannya pun bagian dari mencintai. Jika orang tua tidak ikhlas, akan mempersulit anaknya di alam sana.

Kompasianer, percayakah kalian bahwa ikhlas adalah bagian dari cinta?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun