Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Anak Meninggal Dunia, Pukulan Berat untuk Orang Tua

30 Agustus 2017   06:10 Diperbarui: 30 Agustus 2017   11:59 24890
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Duka menyelimuti hati Nyonya Lola. Ia baru saja kehilangan putra tunggalnya, Calvin. Calvin meninggal akibat penyakit kanker hati yang dideritanya. Sudah lama Calvin terkena kanker. Bertahun-tahun berjuang melawan kanker, akhirnya Calvin meninggal.

Nyonya Lola terpukul setelah kepergian anaknya. Ia sering menangis secara spontan tiap kali melihat sesuatu yang berkaitan dengan anak semata wayangnya. Cukup lama waktu yang dihabiskan Nyonya Lola untuk berkabung.

Dalam masa berkabung, ia terus mengenang Calvin dengan penuh cinta. Nyonya Lola menyimpan barang-barang pribadi milik Calvin. Beberapa buku dan pakaiannya disumbangkan ke panti asuhan. Foto-foto Calvin dikumpulkan kembali, lalu disusun dalam album kenangan.

Tibalah hari ulang tahun Calvin. Nyonya Lola membuat pesta kecil di rumahnya. Mengundang teman-teman dekat Calvin dan anggota keluarga lainnya. Mereka berusaha memulihkan kesedihan dan mencari penghiburan.

Saat pesta kecil itu, Nyonya Lola mendapat banyak cerita tentang Calvin dari orang-orang terdekatnya. Sisi lain Calvin yang tak pernah diketahuinya kini terungkap. Calisa, sahabat Calvin sejak kecil, menceritakan bahwa Calvin sangat setia dan konsisten. Di mata Calisa, Calvin pribadi yang penyabar, penyayang, konsisten, tulus, dan menghargai proses. Audrey, rekan kerja Calvin di kantor, memuji Calvin karena ia mempunyai jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab. Valeria, Marissa, dan anak-anak panti asuhan lainnya menceritakan kesan mereka tentang Calvin selama dia menjadi relawan di sana. Calvin ternyata sangat dekat dengan anak-anak. Royal, perhatian, dan berhati lembut. Calvin bahkan bisa membuat Marissa menjadi anak yang penurut dan sopan.

Mendengar kisah-kisah itu, Nyonya Lola terharu. Semua orang menyukai anak tunggalnya. Calvin tak hanya tampan, sukses, dan membanggakan. Ia pun dicintai banyak orang.

Terkait dengan orang tua yang ditinggal pergi anaknya untuk selamanya, saya jadi teringat salah satu guru les waktu masih kecil. Guru itu sangat baik pada saya. Beliau istri anggota dewan perwakilan rakyat daerah yang memiliki tiga anak. Dua anak perempuan, satu anak laki-laki. Saya suka berkunjung ke rumahnya, tapi di rumah guru les saya itu banyak makhluk halusnya. Posisi mereka ada di ruang makan dan kaki tangga. Guru les saya yang satu itu sangat baik. Meski usianya sudah mendekati lima puluh, wajahnya tetap cantik. 

Beliau sering memanggil saya 'Sayang', dan beliaulah yang paling senang saat saya mendapat nilai sempurna dalam ujian. Bahkan kalau mau jujur, saya lebih sayang guru les saya dibandingkan guru wali kelas di sekolah. Sebuah peristiwa tragis menimpa keluarga beliau. Anak lelakinya meninggal dalam kecelakaan. Kini beliau hanya memiliki dua anak perempuan. Namun beliau dan keluarganya tetap tabah. Tetap meneruskan hidup dengan ikhlas, tegar, dan bahagia seperti biasa. Mereka tidak terlalu lama larut dalam kesedihan. Kabar terakhir yang saya dengar, guru les kesayangan saya itu sudah diangkat menjadi kepala sekolah.

Cuplikan kisah di atas mencerminkan potret orang tua yang kehilangan anak untuk selamanya. Logisnya, orang tualah yang akan meninggalkan anak lebih dulu. Namun kenyataan sering kali berkata lain. Tak sedikit anak yang meninggal sebelum orang tuanya.

Sebuah pukulan berat bagi orang tua saat harus kehilangan anaknya. Terlebih bila anak yang dimiliki hanya satu-satunya. Kehidupan serasa sepi dan hampa. Hanya kesedihan dan kerinduan yang mengisi relung jiwa.

Tak ada orang tua yang mau kehilangan anak. Kesedihan yang diakibatkan olehnya sangat besar. Jika tidak ditangani dengan baik, kesedihan pasca meninggalnya anak dapat mengakibatkan trauma, kelainan psikologis, bahkan keretakan rumah tangga.

Kesedihan akibat kehilangan anak wajar saja. Bukankah kesedihan dan kehilangan adalah bagian dari hidup? Nabi Muhammad saja bersedih saat anaknya meninggal.

Meski demikian, jangan sampai kesedihan dibiarkan berlarut-larut. Semua ada waktunya. Ada waktu untuk bersedih, ada waktu untuk bangkit dari kesedihan. Hal yang perlu orang tua tahu setelah ditinggal anak untuk selamanya antara lain:

  1. Mengenali dan menerima

Kenalilah situasi yang terjadi. Buah hati telah pergi mendahului kita. Tuhan mengambilnya lebih cepat. Itulah situasi yang harus kita kenali. Setelahnya, terimalah semua yang telah terjadi. Meninggalnya buah hati merupakan skenario yang ditetapkan Tuhan dalam hidup kita. Tanpa menerima, kita takkan bisa bangkit dari kesedihan. Terimalah kepergian buah hati sebagai bagian dari ketetapan Tuhan. Ibaratnya kita dititipi perhiasan mahal oleh seseorang. Kita diminta menjaga dan merawat perhiasan itu. Jika sewaktu-waktu pemilik perhiasan ingin mengambil kembali perhiasannya, apakah kita harus bersedih? Toh perhiasan itu bukan milik kita.

Begitu juga dengan anak. Anak adalah titipan Tuhan. Kita diminta menjaga, memelihara, dan merawatnya. Suatu saat bila Tuhan ingin mengambilnya kembali, kita harus menerima dengan ikhlas. Mengambil kembali milik-Nya adalah hak prerogatif Tuhan.

  1. Nikmatilah kedukaan

Jangan salah. Ada kalanya kita lebih memilih untuk sendiri selama beberapa waktu setelah anak meninggal. Mungkin saja banyak orang yang berusaha menghibur dan mengerti perasaan kita. Tapi mereka tidak benar-benar paham apa yang kita rasakan. Kita punya hak untuk menikmati kedukaan dan berkabung selepas buah hati berpulang.

Tidak ada aturan waktu yang spesifik untuk masa berkabung. Tentukan sendiri oleh kita. Saat berkabung, nikmatilah kesedihan sebagai bagian dari proses. Menangislah, sebab menangis itu tidak dilarang. Curahkan perasaan sedih kita. Saat berada dalam kesendirian untuk berkabung, kita leluasa melampiaskan perasaan sedih.

  1. Berbagi kesedihan pada orang lain

Pasca melewati masa berkabung, ada baiknya kita membuka diri pada orang lain. Biar bagaimana pun, kita butuh orang lain sebagai tempat bersandar dan tempat curhat. Bagikan kesedihan pada orang-orang yang bisa dipercaya. Keluarga, pasangan, psikolog, terapyst, sahabat, atau orang tua yang senasib dengan kita. Berbagi kesedihan pada orang lain dapat mengurangi beban. Perasaan kita lebih tenang. Pastikan kita membagi kesedihan pada orang yang tepat.

  1. Jangan menyalahkan diri sendiri dan orang lain

"Gara-gara kamu, Calvin meninggal."

"Bukan, ini semua salah kamu. Kalau saja kamu bertindak lebih cepat, anak kita masih hidup."

Seharusnya, statement semacam itu tak boleh diucapkan. Jangan pernah menyalahkan diri sendiri dan orang lain. Anak meninggal bukan karena kesalahan orang tua. Melainkan sudah menjadi kehendak Tuhan. Sekeras apa pun usaha orang tua untuk menyelamatkan hidup anak, tetap saja takkan berhasil bila Tuhan sudah berkehendak lain. Saling menyalahkan hanya akan memperkeruh suasana. Anak yang telah meninggal pun takkan senang bila orang-orang yang disayanginya saling menyalahkan atas kematiannya.

  1. Mendoakan anak

Dari pada saling menyalahkan, lebih baik mendoakan anak. Doakan anak agar ia mendapat tempat terbaik di sisi Tuhan. Seringlah mengunjungi makamnya. Selipkan namanya dalam doa-doa kita. Jangan pernah berhenti mendoakan anak sekali pun ia sudah meninggal. Doa merupakan bagian dari penerimaan dan keikhlasan.

  1. Menghargai kenangannya

Cobalah ingat hal-hal baik tentang anak kita semasa hidupnya. Kenanglah dengan senyuman, bukan dengan air mata. Jika memungkinkan, bereskan barang-barang pribadi milik si buah hati dan simpanlah. Namun bila menyimpan barang-barangnya membuat kita sedih, sebaiknya berikan saja pada mereka yang lebih membutuhkan. Jangan dibuang, tapi sumbangkan pada orang-orang yang lebih membutuhkan.

Membuat buku kenangan tentang anak juga layak dicoba. Kita bisa mengumpulkan foto-foto anak kita, disatukan, lalu kita menulis kesan indah tentang anak kita di buku kenangan. Mintalah orang-orang terdekat anak kita untuk menuliskan kesan mereka pula.

Merayakan hari kelahiran anak boleh saja. Undanglah keluarga dan kerabat dekat. Cobalah mengetahui sisi lain sang anak dari sudut pandang orang lain. Bisa saja ada hal-hal positif tentang anak kita yang belum pernah kita ketahui. Orang lain yang dekat dengannya mungkin lebih tahu. Ajak mereka untuk ikut mendoakan anak kita.

  1. Curahkan cinta pada anak lain yang kurang beruntung

Mungkin poin ini sering luput dari pikiran kita. Terlarut dalam kesedihan membuat kita hanya memikirkan diri sendiri. Cobalah beri perhatian dan kasih sayang pada anak-anak yang kurang beruntung. Entah itu anak yatim-piatu, anak berkebutuhan khusus yang kurang mampu, dan semacamnya. Berikanlah cinta kasih untuk mereka. Perhatikan mereka seperti memperhatikan anak kita sendiri. Di alam sana, anak kita pun pasti senang melihat orang tuanya berbuat baik untuk anak-anak lain.

  1. Berdamai dan berpikiran positif

Berdamailah dengan diri sendiri. Obat terbaik untuk mengobati sakitnya kehilangan adalah berdamai. Berhenti menyalahkan keadaan. Cobalah berpikir positif. Tuhan lebih menyayangi kita. Itulah sebabnya anak kita dipanggil lebih cepat. Tuhan ingin segera bertemu lagi dengan anak kita.

Sebagai orang tua, sudah sepatutnya untuk menerima dengan ikhlas. Mengikhlaskan bukan berarti melupakan dan berhenti mencintai. Kita masih bisa mencintai buah hati yang sudah meninggal. Caranya, dengan berdoa untuknya. Mengikhlaskan kepergiannya pun bagian dari mencintai. Jika orang tua tidak ikhlas, akan mempersulit anaknya di alam sana.

Kompasianer, percayakah kalian bahwa ikhlas adalah bagian dari cinta?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun