Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tetaplah Setia dan Konsisten

25 Agustus 2017   06:59 Diperbarui: 26 Agustus 2017   05:38 1344
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Tangan-tangan mungil itu sibuk menata beberapa barang di dalam kotak. Dua kaleng susu, beberapa buku, mainan, dan makanan. Setelah itu membungkusnya dengan rapi. Hal yang sama mereka ulangi pada kotak-kotak berikutnya.

"Ayah, lihat. Bagus ya? Rapi kan?" Clara menunjukkan bingkisan kecil yang dikerjakannya.

"Bagus, Sayang. Teman-teman di panti pasti suka." jawab Tuan Calvin, senang melihat antusiasme putrinya.

Di samping Clara, Reinhart tak kalah bersemangat. Ia menempatkan tiap barang di dalam kotak dengan rapi. Hasilnya tak kalah bagus.

"Punya Rein juga bagus. Terima kasih ya, Sayang." Tuan Calvin memberikan pujian.

Mendidik anak tak hanya dengan cara formal. Sekolah dan ilmu pengetahuan memang menjadi jalan kesuksesan. Namun mengajarkan ilmu kehidupan tak kalah pentingnya.

Perlu praktik langsung untuk mengajarkan ilmu kehidupan pada anak. Tuan Calvin tengah melakukannya. Mula-mula ia meminta Clara dan Reinhart menyusun parsel untuk anak-anak panti asuhan. Selain mendorong kreativitas mereka, kepekaan sosial pun terasah.

Setelah semuanya beres, mereka pergi ke sebuah panti. Bukan panti asuhan yang biasa dikunjungi Tuan Calvin dan Nyonya Calisa. Kali ini mereka mendatangi panti asuhan yang masih sangat kurang dalam hal fasilitas dan dana operasional. Tuan Calvin mendapat informasi tentang panti satu ini dari mantan bawahannya di kantor lama.

Lima puluh menit berkendara, mobil mereka sampai di depan sebuah bangunan kecil dan sederhana di pinggir kota. Itulah panti yang dimaksud. Kecil, sederhana, dan jauh dari gemerlapnya metropolitan. Mereka turun dari mobil. Disambut dua orang pengurus panti.

Halaman panti tak terlalu luas. Hanya ditumbuhi dua batang pohon dan beberapa pot tanaman hias. Tak ada ayunan, perosotan, atau permainan anak lainnya. Pengurus panti menuntun mereka masuk ke dalam.

Pemandangan yang mereka temui sungguh mengharukan. Anak-anak penghuni panti asuhan itu nampak sederhana dan bersahaja. Wajah mereka mencerminkan kerinduan mendalam pada orang tua. Kelihatannya mereka sudah lama tidak menerima kunjungan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun