Terlihat wanita cantik itu mempercepat langkahnya. Masjid Nabawi tinggal beberapa meter lagi. Padatnya aktivitas di tanah suci tidak menghalangi Nyonya Calisa untuk tetap memperhatikan Tuan Calvin dan orang-orang terdekatnya. Sesibuk apa pun, wanita berdarah Indo itu selalu menyempatkan diri mengontak orang-orang terdekatnya. Ia bahkan tak segan untuk mulai menyapa dan bicara lebih dulu. Kebaikan datang jika berani memulai, demikian prinsipnya.
"Tentang peraturan taksi online yang dibatalkan. That's all." jelas Tuan Calvin.
"Aturan tentang tarif taksi online itu?"
"Iya. Ada pihak yang menggugat, lalu akhirnya aturan dibatalkan."
"Oh...I see."
Sebenarnya, Nyonya Calisa punya tujuan lain. Ia meminta Tuan Calvin menceritakan isi tulisannya untuk menyenangkan hati pria itu. Ia ingin tujuan Tuan Calvin dalam menulis tetap tercapai: berbagi informasi pada pembaca. Dinda Calisa adalah salah satu pembaca setia Calvin Wan. Apa yang dilakukannya semata ingin menyenangkan hati Tuan Calvin.
Tanpa terduga, Tuan Calvin mengungkapkan kebosanannya pada Nyonya Calisa. Ia mengakui kualitas tulisannya menurun belakangan ini lantaran rasa jenuh. Nyonya Calisa mengerti perasaannya. Ia memberikan cara menghilangkan kejenuhan dalam menulis.
"Calvin, berhentilah sejenak. Tapi jangan lama-lama. Saat berhenti, pikirkan dari sudut pandang berbeda. Posisikan dirimu sebagai orang lain. Misalnya sebagai pembaca, editor, atau tim pengelola media jurnalisme warga kesayangan kita. Pasti mereka menunggu-nunggu tulisanmu. Setiap hari mereka terbiasa membaca artikelmu, lalu mendadak kamu berhenti menulis. Bagaimana kalau mereka kehilangan? Editor yang biasanya melabeli pilihan atau headline, juga kehilangan artikelmu yang bagus. Mereka pasti takut ditinggalkan kontributor inspiratif dan berbakat seperti Calvin Wan. Bukan narsis ya, Sayang. Hanya berpikir dari sudut pandang berbeda dan memposisikan diri sebagai orang lain. Melihat kemungkinan yang bisa terjadi, kamu takkan jenuh lagi."
Penjelasan Nyonya Calisa dipikirkannya baik-baik. Ia membenarkannya. Nyonya Calisa terus meyakinkan Tuan Calvin.
"My Dear Calvin, tulisan-tulisanmu bagus kok. Banyak pembacanya. Pasti banyak yang selalu menantikan artikelmu." Terselip pujian yang tulus.
"Iya, Calisa."