Kini Nyonya Calisa telah sampai di dalam masjid. Bergabung dengan jamaah lainnya.
"Keep writing...I love you, Calvin." bisiknya penuh cinta.
Hati Tuan Calvin berdesir hangat. Kata cinta terucap sempurna. Cinta datang dari hati yang tulus.
"Love you too, Calisa." Tuan Calvin menyahut, lembut dan dalam.
** Â Â Â
Wahyu meletakkan nampan berisi segelas air putih dan beberapa tablet obat. Diletakkannya nampan itu ke atas meja.
"Kubawakan obatmu. Kamu belum minum obat, kan?" ujarnya ramah. Sejurus kemudian ia duduk di samping Tuan Calvin.
"Thanks."
Tuan Calvin mengambil gelas berisi air putih. Ia menatap nanar obat-obatan di dalam nampan. Setitik rasa muak dan jijik menodai benaknya. Haruskah ia tergantung pada semua obat itu? Semua obat yang diminumnya tergolong obat keras. Memberi efek samping menyakitkan. Gegara obat-obatan itulah Tuan Calvin divonis mandul. Obat pembunuh sel kanker membunuh harapannya untuk memiliki keturunan.
"Calvin, are you ok?" tanya Wahyu cemas.
"I'm ok." sahut Tuan Calvin, menghindari pandangan Wahyu.