Mereka pun mulai bernyanyi. Seperti biasa, Calvin memainkan piano. Namun ia ikut menyanyi bersama Audrey, Nada, dan Hassan.
Cover lagu sudah menjadi hal biasa bagi keenam member Sound of Sky. Mereka hafal banyak lagu. Wawasan musik mereka cukup luas. Mulai dari lagu Indonesia sampai lagu Barat mereka tahu. Mulai dari musik klasik, jazz, pop, sampai dangdut mereka minati. Bagi mereka, semua musik itu indah.
Tengah asyik bernyanyi, pintu ruang latihan terbuka. Calisa dan Anastasia melangkah masuk. Calisa terlihat segar, ceria, dan cantik seperti biasa. Sementara Anastasia nampak muram. Satu tangannya memegang salib kecil dan rosario.
"Calvin, kamu nggak one day one article ya hari ini? I hope everythings gonna be ok," sapa Calisa. Menarik kursi, lalu duduk di samping Calvin.
"Nggak masalah. Cuma nggak sempat. Pagi-pagi aku harus buat surat dispen. Gimana tindakan medisnya? Kamu udah sembuh, kan?"
"Udah. Dan nggak harus diopname." sahut Calisa dengan seulas senyum cerah di wajahnya.
"That's great."
Di dekat dinding, Anastasia memperhatikan keduanya. Raut wajahnya semakin sendu. Ia menggenggam erat salib dan rosarionya. Benda-benda rohani itu pemberian almarhum Mamanya.
Calvin dan Calisa terlihat begitu akrab. Ceria, penuh semangat, dan tanpa beban. Dilihat dari fisik dan passion, mereka seperti kakak-beradik. Nyatanya, Calvin menganggap Calisa seperti adiknya sendiri. Calisa menyayangi Calvin sebagai kakaknya.
"Kamu kenapa, Anastasia?"
Tanpa diduga, Calvin dan member Sound of Sky lainnya mendekat. Berdiri di kanan-kirinya.