Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Peluk Aku untuk Terakhir Kali

22 Agustus 2017   06:16 Diperbarui: 22 Agustus 2017   16:27 4396
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tak bisa tuk teruskan

Dunia kita berbeda

Bila memang ini ujungnya

Kau kan tetap ada di dalam jiwa (Isyana Sarasvati-Tetap Dalam Jiwa).

Isi hatinya seakan tercurah dalam lagu itu. Anastasia mengusap kristal bening di pelupuk mata. Calvin selalu ada di dalam jiwa. Hingga kini, ia belum menemukan pengganti Calvin.

"Kamu tidak berubah...tetap berbakat." Anastasia berkata lirih.

"Jangan berlebihan memujiku, Anastasia." Calvin menimpali dengan lembut.

Andai saja Anastasia tahu. Ada yang berubah dalam hidup Calvin: kanker hati dan vonis mandul. Dua hal yang menghancurkan separuh hidupnya. Perlahan-lahan, Calvin mengumpulkan kembali sisa kekuatannya. Sampai akhirnya ia bisa menjalani hidup dengan kanker dan vonis mandul itu dengan tegar. Siapa pria yang mau menanggung vonis itu seumur hidupnya?

"Calisa wanita yang baik. Cocok denganmu. Passion kalian sama, tanggal lahir pun di angka yang sama. Dia seiman denganmu. Apa lagi yang kurang?"

Sebulir kristal bening kembali jatuh. Membasahi pipi Anastasia. Calvin tak tega. Ia ingin menghapusnya, membuat wanita itu tersenyum lagi.

"Don't be sad, Anastasia. Suatu saat nanti, kamu akan mendapatkan cinta yang jauh lebih baik. Apa yang harus kulakukan agar kamu tidak sedih lagi?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun