"Jangan puji aku, Calisa."
Si gadis blasteran Sunda-Belanda mengerutkan dahinya. "Kenapa? Kamu layak mendapat pujian itu."
"Mama menikah dengan Dokter Yunus gara-gara kelemahanku."
"Apa maksudmu?"
"Mama ingin meneruskan keturunan. As you know, aku mandul. Aku tidak bisa melanjutkan garis keturunan keluarga."
Bayangan kesedihan melintas di mata Calvin. Infertilitas membuatnya tak berdaya. Bahkan ia sudah berencana takkan menikah.
"Calvin, kamu ikhlas?" lirih Calisa, suaranya bergetar.
"Ikhlas, Calisa. Demi kebahagiaan Mama dan keluargaku."
Kembali Calisa memeluk Calvin. Meski sering berbeda pendapat dengannya, Calisa sangat menyayangi Calvin. Terkadang kuatnya perbedaan membuat hati Calisa sakit. Di atas itu semua, rasa sayangnya tetap ada. Ia ingin selalu ada untuk Calvin. Seperti Calvin yang selalu ada untuk Calisa.
** Â Â
Dua bulan pasca pernikahan, Calvin merasakan Nyonya Lola makin jauh darinya. Seluruh perhatiannya hanya tercurah untuk Dokter Yunus. Calvin seolah lenyap dari prioritasnya.