Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jangan Harapkan Dia Kembali

11 Agustus 2017   06:21 Diperbarui: 16 Agustus 2017   01:21 960
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Oh ya? Boleh, ajak dia sekalian."

"Tuh orangnya."

Tuan Calvin mengikuti arah pandang si penyapu jalan. Sedetik. Tiga detik. Lima detik. Calvin Wan berpandangan dengan Syarif, ayah kandung Clara.

**     

Waiters sibuk menyajikan makanan dan melayani tamu-tamu istimewa yang diundang Tuan Calvin. Nyonya Calisa yang mengawasi pekerjaan mereka sejak tadi. Mulai dari memisahkan menu untuk pengunjung reguler dan tamu-tamu istimewa itu, proses plating, sampai cara menyajikan menu.

Sekali mengamati saja, tahulah Tuan Calvin kalau tamu-tamunya baru sekali ini makan di cafe. Mereka tak paham table manner. Canggung memakai pisau dan garpu. Sebagian besar dari mereka malah minta diajari table manner. Tuan Calvin mengajari mereka dengan sabar. Tetap tersenyum lembut dan simpatik meski mereka sangat sulit diajari. Tidak marah saat mereka melakukan kesalahan.

Tuan Calvin berkeliling di antara para tamu. Menanyai mereka. Mengajari mereka table manner. Hampir semua tamu mendapat perlakuan sama, kecuali Syarif. Keberadaan Syarif tak dianggap oleh Tuan Calvin. Ia melewati Syarif begitu saja dan berpindah pada tamu lain.

Syarif menelan kekecewaannya melihat sikap Tuan Calvin. Dalam hati membenarkan perkataan Reza. Tuan Calvin bukan orang baik. Tak ada orang baik yang memisahkan anak dengan ayah kandungnya. Di mata Syarif, semua kebaikan, raut wajah santun menyenangkan, sikap lembut, pembawaan charming, dan daya pikat Tuan Calvin hanyalah kamuflase.

Pisau yang dipegangnya meluncur lepas dari jemarinya dan jatuh. Sirloin steaknya gagal terpotong. Syarif bangkit untuk mengambil pisau. Celakanya, pisau itu jatuh di depan kaki Tuan Calvin.

Dalam keadaan terpaksa, Syarif berhadapan dengan Tuan Calvin. Perbedaan kedua pria ini sangat kontras. Syarif yang kurus, bermata sayu, dan berwajah kurang menarik. Tuan Calvin dengan kulit putih dan wajah orientalnya, lalu penampilannya yang elegan. Tinggi Syarif hanya 150 senti, sedangkan Tuan Calvin dua puluh lima senti lebih tinggi darinya.

Tuan Calvin tak bergerak sedikit pun untuk membantu Syarif. Jelas-jelas pisau itu jatuh tepat di depannya. Ia biarkan Syarif mengambilnya sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun