Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jangan Harapkan Dia Kembali

11 Agustus 2017   06:21 Diperbarui: 16 Agustus 2017   01:21 960
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Iya, Sayang. Kita dekati mereka ya? Ayo."

Sejurus kemudian, Tuan Calvin meraih tangan Clara. Menggandengnya ke dekat para penyapu jalan dan pencari barang bekas itu.

Sejatinya, Tuan Calvin pribadi yang humble dan low profile. Ia mudah akrab dengan siapa saja. Tak segan berbaur dengan orang miskin sekali pun. Belum lagi ia memiliki sifat sabar. Pernah suatu kali seorang wanita kurang mampu menolak bantuannya. Wanita itu marah dan mengira Tuan Calvin menghinanya. Akan tetapi Tuan Calvin tetap bersikap baik dan lembut. Sampai akhirnya si wanita luluh.

"Selamat pagi..." sapa Tuan Calvin ramah.

Demi melihat Tuan Calvin, atensi pria-pria berpakaian lusuh dan bertubuh kurus itu teralih. Tak menyangka ada orang kaya yang mau menyapa mereka. Sekali pandang saja, mereka tahu status sosial Tuan Calvin jauh lebih tinggi.

Mudah bagi Tuan Calvin untuk akrab dengan mereka. Sejenak mengobrol dengan mereka. Memperhatikan pekerjaan mereka membersihkan jalan dan mencari barang bekas. Lalu mengundang mereka ke cafenya.

"Makan di cafe mewah itu?" tunjuk salah satu pria, setengah tak percaya.

"Iya...kalian boleh makan gratis di cafe saya."

"Jadi, Akang Kasep ini yang punya cafe? Wah, ayo teman-teman! Kita ke sana!" Kasep, lingua Sunda untuk kata 'tampan'. Mereka menyebut Tuan Calvin dengan sebutan 'akang' sebagai bentuk kesopanan dan rasa hormat. Meski kelihatannya Tuan Calvin jauh lebih muda.

Semangat mereka bangkit. Senang dan bersyukur. Tuan Calvin tersenyum memperhatikan tingkah pria-pria sederhana itu. Clara ikut tersenyum. Bangga dan kagum dengan Ayahnya.

"Kang, masih ada satu orang lagi. Boleh diajak, kan?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun