Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Silakan Mencintaiku

30 Juli 2017   06:02 Diperbarui: 31 Juli 2017   02:23 769
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Air mata Nyonya Calisa meleleh. Mudah sekali Allah membalikkan hati. Mula-mula benci, kini menjadi cinta. Semudah itu pula Allah membalik hati Nyonya Calisa.

**      

Bertahun-tahun lalu, Nyonya Calisa menjalani pernikahan dengan Tuan Calvin tanpa cinta. Siapa yang mau menjalani pernikahan seperti itu?

Cinta pertama akan selalu terkenang. Nampaknya, kalimat itu mampu merepresentasikan perasaan Nyonya Calisa. Setelah menikah dengan Tuan Calvin, cinta Nyonya Calisa hanya untuk pria lain. Nyonya Calisa tidak pernah mencintai Tuan Calvin.

"Wahyu...kenapa kamu pergi dariku? Kenapa kamu membiarkanku dinikahi si Calvin penyakitan dan mandul itu?" tangis Nyonya Calisa, menatap muram layar laptopnya. Memandang lekat-lekat potret cinta pertamanya.

"Kenapa kamu malah menikahi Marla, bukan aku?"

Tangan Nyonya Calisa gemetar saat menggerakkan mouse. Membuka program Microsoft Word, lalu mulai mengetikkan sesuatu. Wanita cantik yang pernah mengajar anak-anak di pedalaman Kalimantan Selatan dan relawan Kelas Inspirasi itu menumpahkan kesedihannya dalam tulisan. Puisi-puisi dan cerita pendek yang terpublikasi di blognya selalu bernuansa kepedihan. Nyonya Calisa tak dapat menahan perihnya hati saat menuliskan semua itu.

Derap langkah kaki menuruni tangga mengusik perasaannya. Konsentrasinya terpecah. Ternyata Tuan Calvin. Ia mendekati Nyonya Calisa. Merangkul hangat lengannya. Nyonya Calisa tak menolak, tak juga membalas.

"Kamu belum tidur?" Tuan Calvin bertanya lembut.

"Nanti," jawab Nyonya Calisa singkat.

"Sudah malam, Calisa. Jangan sampai kamu kurang istiraahat." bujuk Tuan Calvin, lembut dan sabar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun