Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Silakan Mencintaiku

30 Juli 2017   06:02 Diperbarui: 31 Juli 2017   02:23 769
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

**      

Larut malam, hujan semakin deras. Diperparah dengan deru angin yang bertambah kuat dan sambaran petir.

Nyonya Calisa telah tiba di rumah. Pulang ke kediaman mewahnya sekedar mengambil pakaian ganti dan memastikan Clara baik-baik saja. Pengasuh Clara menjaganya selama 24 jam. Clara sama sekali tak tahu jika ayahnya sakit. Ia hanya tahu ayahnya sangat sibuk belakangan ini.

"Good night, Dear. Have a nice dream." Nyonya Calisa berbisik lembut. Membenahi selimut putrinya. Mengecup kening gadis kecil lima tahun itu.

Perlahan Nyonya Calisa melangkah meninggalkan kamar. Menyusuri koridor lantai atas, kemudian berbelok ke ruangan berukuran sedang penuh mainan dan alat musik. Selain kamar bermain Clara, ruangan ini sering digunakan Tuan Calvin dan Nyonya Calisa untuk bermain musik.

Wanita kelahiran Kudus, 31 tahun silam itu, mengenyakkan tubuh di kursi depan grand piano. Meletakkan jemari lentiknya di atas tutsnya. Samar ia masih bisa merasakan kehangatan tangan Tuan Calvin menempel di sana. Ia tersenyum sendu. Terakhir kali Tuan Calvin bermain piano adalah kemarin malam. Namun sisa kehangatannya tetap membekas.

Setelah melakukan fingering, Nyonya Calisa mulai membawakan lagu. Ia bernyanyi sepenuh hati.

"If I said I miss you? I see your picture I smell your skin on the empty pillow next to mine."

Lagu I Miss You dari Simple Plan itu ia nyanyikan dengan penuh kerinduan dan kesedihan. Hanya Tuan Calvin yang ada di pikirannya. Belum apa-apa, ia sudah merindukan pria oriental itu. Bagaimana bila Tuan Calvin benar-benar pergi untuk selamanya?

Selesai menyanyikan lagu, Nyonya Calisa menyalakan gadgetnya. Membuka file foto, menatap foto-foto Tuan Calvin. Mematri wajah rupawannya di dalam hati. Betapa ia rindu dan takut kehilangan.

"Aku mencintaimu, Calvin...sangat mencintaimu."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun