Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Lupakah Kamu?

15 Mei 2017   06:47 Diperbarui: 15 Mei 2017   07:51 1277
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dikeluarkannya sebuah kotak kecil dan sebotol anggur yang isinya tinggal setengah. Melihat dua benda itu, Albert menahan nafas. Renna terlihat jijik. Dalam jarak jauh saja, mereka berdua langsung tahu apa jenis benda-benda itu. Dua hal yang pasti: seumur hidupnya Albert tak pernah bersentuhan dengan benda-benda perusak itu. Dan Renna sangat membenci pria perokok serta pecandu alkohol.

“Kamu pernah merasakan nikotin dan alkohol di dalam darahmu, Albert?” Emilianus bertanya tajam.

“Tidak. Aku tidak tahu dan tidak mau tahu bagaimana rasanya.”

Sesaat Emilianus nampak terkesan. Benarkah pria sekaya Albert sama sekali tidak berminat dengan benda-benda semacam ini? Mereka yang tidak begitu kaya saja menyukainya, mengapa Albert justru sebaliknya? Seakan bisa membaca pikiran Emilianus, Albert mengingatkan.

“Memakai barang semacam itu hanya akan merugikanmu, Emilianus. Hentikan kebiasaan burukmu. Jangan pikirkan dirimu sendiri, pikirkan juga orang lain. Kamu mau berubah, kan?”

Sekali lagi, Albert berhasil membuka mata hati Emilianus. Mengajaknya melihat arti tanggung jawab. Albert melakukan semua itu bukan tanpa alasan. Vonis mandul itu membuatnya belajar banyak hal. Belajar ikhlas, belajar memahami, bahkan belajar menjadi ayah yang baik. Albert berharap, apa yang terjadi padanya tidak terjadi pada orang lain. Cukup dirinya saja yang mengalami semua kepedihan itu.

Dalam gerakan slow motion, Emilianus bergerak mendekati David. Perlahan Renna melepas pelukannya dari tubuh David. Memberi kesempatan bagi sang ayah untuk mengambil kembali anaknya. Menit berikutnya, Renna dan Albert melihat sisi lembut dalam diri Emilianus. Sisi kelembutan itu muncul ketika Emilianus merengkuh David ke dalam dekapannya. Ketika Emilianus meminta maaf berulang kali dengan suara lirih bercampur isakan. Dan ketika Emilianus memberikan kecupan pertamanya di kening David. Kecupan pertama yang diterima David dari ayahnya.

**     

“Carissa Listeners, jangan pernah lari dari tanggung jawab. Jika kita berani berbuat sesuatu, maka kita harus berani mempertanggungjawabkannya.”

Nasihat yang simple. Namun memberikan makna mendalam bagi Carissa Listeners malam ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun