Masih melingkarkan lengannya pada Chelsea, Albert menatap Chika.
“Sudah. Chelsea cantik ya? Pandai menyanyi dan main piano.” Puji Chika.
“Iya. Dia anak yang berbakat.” Albert bergumam setuju.
Setelah itu, Albert menyerahkan semua berkas yang diperlukan. Chika menerimanya dengan penuh terima kasih.
“Terima kasih sudah membantu saya. Anda orang yang baik dan bisa dipercaya. Chelsea dan istri Anda pasti beruntung sekali memiliki Anda.” Chika otomatis mengungkapkan kesan pertamanya.
Entah mengapa, seraut wajah tampan itu berubah sendu. Hanya sesaat, sebelum senyuman kembali menghiasinya.
“Istri saya sudah meninggal,” jawab Albert lembut.
“Oh, maaf...saya ikut berduka cita.” Sesal Chika.
“Tidak apa-apa, saya sudah ikhlas. Tapi terima kasih atas pujiannya.”
Tatapan mereka bertemu. Sepasang mata bening bertemu sepasang mata teduh. Hati keduanya berdesir halus. Getaran yang sama, merasuki relung hati mereka.
***
*) Note: Terinspirasi dari cerita seorang pria tentang teman wanitanya yang cantik.