“Saya paham bagaimana perasaan Teteh menghadapi semua ini. Pasti berat sekali. Menjadi single parent untuk anak pengidap Sistemic Lupus Erythematosus tidak mudah. Tapi jangan berputus asa. Allah selalu bersama Jeany dan Teh Chika. Teruslah menyayangi dan mengasihi Jeany, apa pun yang terjadi.” Albert berkata lembut, memotivasi dan memberi sugesti positif pada wanita cantik di depannya ini.
“Tentu saja. Saya tidak akan berhenti mengasihi Jeany. Dia anak saya satu-satunya. Dia harta milik saya yang paling berharga.” Ungkap Chika.
“Soal berkas-berkas itu, Teteh jangan khawatir. Saya akan buatkan surat pengantar dan berkas-berkas lain yang diperlukan. Sayalah wakil yang dimaksud para warga yang Teteh tanyai tadi.”
Sepercik bahagia menerobos hati Chika. Ya Allah, sungguh janji-Mu Engkau tepati. Indah dan tak terduga. Seseorang yang mempermudah urusan orang lain akan dipermudah urusannya.
Sejurus kemudian, Albert bangkit berdiri. Mengambil ponselnya, lalu menelepon pimpinan. Mengkomunikasikan keperluan Chika. Meminta persetujuan. Mengakhiri teleponnya, ia tersenyum puas.
“Sudah disetujui. Akan saya buatkan sekarang juga,”
Dengan kata-kata itu, Albert bergegas ke ruang kerjanya. Menyalakan komputer. Menyiapkan berkas-berkas yang diperlukan Chika.
Hati Chika diliputi rasa syukur dan bahagia. Syukur lantaran ia dipertemukan pria baik dan tulus yang bersedia menolongnya. Orang baik ada dimana-mana. Orang yang memberi kemudahan akan dimudahkan pula.
Sedikit banyak, Chika mulai mengagumi Albert. Sejak tadi ia memperhatikan Albert begitu responsif atas permasalahannya. Aktif, cekatan, dan memiliki inisiatif yang bagus. Terbukti ia bisa dipercaya dan sudah berpengalaman dalam organisasi. Chika salut pada pria seperti itu.
“Mari raih impian...bersama kawan semua. Pasti ada harapan...ayo raih bersama.”
Denting lembut piano diikuti sebuah suara sopran terdengar dari ruang sebelah. Sekejap saja Chika langsung menyukai suara itu. Suara anak-anak yang terdengar merdu dan halus. Sopran, jangkauan tertinggi suara wanita.