“Iya. Kalau aku jadi Albert, aku dicintai kamu, Maurin.”
Detik itu juga, Maurin shock. Itu bukan lagi kode, itu adalah pernyataan. Ia sedih sekaligus tak percaya. Rasa bersalah menjajah hatinya. Maurin akui, dirinya telah melihat adanya bagian Albert dalam diri Roman. Cara pandangnya, mindset-nya, sifat sabar dan lemah-lembutnya, semuanya nyaris sama. Ia sering melihat Roman sebagai Albert.
“Aku percaya dan menyayangimu, Oswaldus Romanus.”
Hanya itu yang bisa dikatakan Maurin. Ia memang percaya dan menyayangi Roman. Terlebih Roman selalu ada ketika ia benar-benar kesepian dan kehilangan. Bahkan Roman selalu ada tiap kali ia merindukan Albert. Maurin kian dirasuki raasa bersalah. Ia sudah menzhalimi Roman, menzhalimi Albert, dan menzhalimi dirinya sendiri. Padahal jauh di kota apel sana, Albert telah menerima ajakan orang lain untuk makan malam bersama, di cafe tempat kenangannya dengan Maurin. Tragis.
Sementara itu, hati Roman diselimuti ketenangan. Paling tidak Maurin percaya dan menyayanginya.
**
Aku kehilangan dirimu
Sungguh kehilanganmu
Kini aku berharap
Waktu membawamu dan kekasihmu
Merasa jenuh dengan waktu