Saat pagi hari aku memilihkan baju dan dasi serta sepatumu. Aku membuatkanmu sarapan istimewa meski hanya setangkup roti dan segelas susu. Itulah cintaku.
Saat aku mengirimkan pesan berisi: kekasih kamu merindukanmu. Cepat pulang, sayang.
Itulah cintaku.
Saat aku menciumi seluruh tubuhku bahkan ketika kamu berkeringat. Itulah cintaku.
Saat kau demam dan berubah menjadi anak kecil yang rewel, aku menyuapimu, mendampingimu, menemanimu, memelukmu. Itulah cintaku.
Sepuluh tahun kita menikah dan aku telah melahirkan dua anak kita yang lucu dan sehat. Bagaimana mungkin kau masih bertanya: masihkan kau mencintaiku?
Rasa cinta akan luntur seiring berjalannya waktu. Begitukah?
Kadar cinta akan berkurang, atau bertambah tergantung bagaimana aku dan kamu memupuk dan menjaganya.
Sayangku..
Aku adalah manusia yang selalu berpikiran baik-baik saja. Seperti ketika aku melihat noda lipstik di bajumu. Aku hanya menganggap kamu bertabrakan dengan seseorang di lift yang sempit.
Lantas apakah aku buru-buru menuduh dan menanyaimu? Tidak, sayang.
Aku pernah melihat pesan singkat di ponselmu dengan kalimat mesra. Tapi apakah aku lantas mencemburuimu? Tidak!
Aku hanya menganggap itu sebuah keisengan semata. Isengnya laki-laki tampan sepertimu.
Aku pernah melihat di kantong bajumu terdapat tagihan kamar hotel. Tapi apakah aku lantas mencurigaimu?